Rabu, 29 Februari 2012

Sholat Dhuha

Kita sudah tahu kekuatan ibadah seperti sedekah, sholat dhuha, dan sholat tahajud. Amalan tersebut bisa memudahkan rezeki, melapangkan waktu, dan memelihara kesehatan. Tapi dimana logikanya? Mungkin sebagian Anda ada yang nyeletuk seperti itu.
Terkait masalah sholat dhuha, mungkin penjelasan berikut bisa membuat kita lebih paham. Katakanlah, Anda seoarang kontraktor. Sekali waktu, seorang bos property memanggil Anda. Terus si bos meminta Anda mengerjakan sesuatu, dari pukul 8 sampai pukul 11 pagi. Yah, lumayan menghabiskan waktu priduktif Anda. Dapat dipastikan, setelah itu si bos akan mengganti waktu produktif Anda dengan sejumlah uang. Lha, si bos saja begitu, apalagi Allah?
Perumpamaan inilah yang kami maksud dengan sholat dhuha. Ketika Anda melakukan sholat dhuha sekian menit, berarti Anda telah “menghabiskan” sebagian waktu produktif Anda untuk-Nya.
Maka,dapat dipastikan Dia akan mengganti waktu produktif Anda. Yang namanya ganti dari-Nya, tentulah tidak tanggung-tanggung. Layaknya sebuah keberuntungan.
Inilah janji Allah, “Wahai anak Adam, rukuklah karena Aku di awal siang (sholat dhuha), niscaya Aku akan mencukupi engkau pada akhir harinya” Bukankah Dhuha adalah waktu? Bukankah waktu adalah uang. Jadilah sholat dhuha itu sholat rezeki, dan doa setelah sholat dhuha juga doa rezeki. Yang mana rezeki dari langit dan bumi dihimpun, didekatkan, dan disucikan ke hadapan Anda, melalui keagungan, kekuatan dan pemeliharaan Allah.
Tambahan lagi, saat Anda menyedekahkan uang Anda, maka Allah akan memudahkan uang Anda semudah-mudahnya. Khusus sholat dhuha, karena Anda telah menyedekahkan waktu produktif anda, maka Allah akan melapangkan waktu produktif Anda selapang-lapangnya. Itu  artinya, merutinkan sholat dhuha dapat meningkatkan produktivitas, baik bagi pribadi maupun bagi perusahaan. Bisa meningkat 2 sampai 3 kali lipat. Oleh karenya, saran kami, sesibuk apa pun tetaplah sholat dhuha.
Justru dengan begitu, Anda tidak akan terlalu sibuk jadinya. Waktu Anda akan cukup. Urusan Anda akan beres. Yakinlah! Alhamdulillah, berkat sholat dhuha saya pribadi (Ippho Santhosa) dikaruniai waktu untuk tidur siang setiap harinya, berseminar setiap minggunya, dan keluar negeri selang beberapa bulan. Tidak lupa pula, saya memiliki waktu untuk belajar dan beribadah setiap harinya.
Bahkan setelah guru-guru di TK Khalifah Batam merutinkan sholat dhuha, dalam hitungan bulan, TK Khalifah menjadi belasan cabang, tersebar diberbagai kota. Lebih dari itu, setelah saya pribadi (Ipphoa Santosa) meningkatkan sholat dhuha dari 2 rokaat ke 6 rokaat, hanya dalam 3 bulan saya dikarunia rezeki terbesar seumur hidup saya. Adapun rumusnya sebagai berikut: Rumus Duit (6D): D1+D2+D3+D4=D5+D6 –> Dagang+Doa+Dhuha+Derma=Duit+Dahsyat
Demi mengais-ngais uang, sebagian dari kita rela pontang-panting bekerja dari pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore setiap harinya. Keringat pun sampai diperas-peras. Tulang pun sampai dibanting-banting. Pulang ke rumah dengan muka keruh, keryt, dan kusut. Yah, tidak salah. Itu kan bagian dari ikhtiar. Cuma, apa nggak capek kerja pontang-panting begitu saban hari?
Nah, sekarang kami tantang Anda. Maukah Anda melakukan sesuatu selama beberapa menit, namun waktu itu dapat menghemat waktu Anda seharian? Mestinya kepala Anda mengangguk kuat-kuat. Ketahuilah, sesuatu itu adalah sholat dhuha. Sudahlah, begini saja. Awal-awal, anggaplah sholat dhuha itu sebagai “kerja” layaknya Anda mengetik, menghitung, melakukan pembukuan, mengikuti rapat dan lain-lain.
Maka, lakukan “kerja” yang satu ini selama beberapa menit. Percayalah, “kerja” ini dapat menghemat waktu anda seharian. Bukan Cuma itu. Terlebih-lebih lagi, “kerja” ini juga dapat memudahkan urusan Anda, memudahkan rezeki Anda, dan memelihara kesehatan Anda. Dengan kata lain, merutinkan sholat dhuha dapat meningkatkan produktivitas, baik bagi pribadi maupun perusahaan. Ini bukan janji dari kami. Tapi ini adalah janji dari-Nya. Semoga bermanfaat.
Sumber: Buku Percepatan Rezeki Dalam 40 Hari Dengan Otak Kanan.


Ass Ustad,,,,
saya mau bertanya apa manfaat sholat dhuha & apa saja makna dari sholat dhuha tersebut???
oya satu lagi ustad,,,apakah di perbolehkan jika kita jarang untuk sholat subuh tapi untuk sholat dhuha kita sering melakukannya....(hampir tiap hari sholat dhuha )
sekian dulu pertanyaan dari saya ustad,,,
Ass...
Hamba Allah
Wulan Desianti Kimisworo

Jawaban

Waalaikumussalam Wr Wb
Ada yang mengatakan bahwa shalat dhuha juga disebut shalat awwabin. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa keduanya berbeda karena shalat awwabin waktunya adalah antara maghrib dan isya.
Waktu shalat dhuha dimulai dari matahari yang mulai terangkat naik kira-kira sepenggelah dan berakhir hingga sedikit menjelang masuknya waktu zhuhur meskipun disunnahkan agar dilakukan ketika matahari agak tinggi dan panas agak terik.
Adapun diantara keutamaan atau manfaat shalat dhuha ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud dan Ahmad dari Abu Dzar bahwa Rasulullah saw bersabda,”Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab setiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh orang lain agar melakukan amal kebaikan adalah sedekah, melarang orang lain agar tidak melakukan keburukan adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu maka cukuplah mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”
Juga apa yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda,”Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk tiap ruas tulang tersebut.” Para sahabat bertanya,”Siapakah yang mampu melaksanakan seperti itu, wahai Rasulullah saw?” Beliau saw menjawab,”Dahak yang ada di masjid, lalu pendam ke tanah dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sebuah sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”
Didalam riwayat lain oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairoh berkata,”Nabi saw kekasihku telah memberikan tiga wasiat kepadaku, yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mengerjakan dua rakaat dhuha dan mengerjakan shalat witir terlebih dahulu sebelum tidur.”
Jumhur ulama mengatakan bahwa shalat dhuha adalah sunnah bahkan para ulama Maliki dan Syafi’i menyatakan bahwa ia adalah sunnah muakkadah berdasarkan hadits-hadits diatas. Dan dibolehkan bagi seseorang untuk tidak mengerjakannya.
Berbeda dengan shalat shubuh maka tidak ada perbedaan dikalangan ulama bahwa ia adalah wajib bagi setiap muslim untuk melaksanakannya dan berdosa jika ditinggalkan. (baca : Cara Mengganti Shalat Yang Ditinggalkan).
Dengan demikian tidak dibenarkan bagi seorang yang hanya mengerjakan shalat dhuha yang kedudukannya sunnah sementara dirinya meninggalkan shalat shubuh yang kedudukannya lebih tinggi darinya yaitu wajib.
Wallahu A’lam




Sholat Sunah Rowatib

Assalamualaikum warohmatullah wabarokatuh.
Bismillahirrohmanirrohim
Sholat Sunnah Rowatib sepintas nampak seperti hal yang biasa menurut kita. Namun banyak dari kita yang tidak mengetahui bahwa Rosulullah tidak pernah meninggalkan sholat sunnah ini selain dalam perjalanan. Kalaupun tertinggal karena lupa, sakit atau tertidur, beliau mengqodo’nya. Dari sini dapat kita simpulkan betapa pentingnya kedudukan sholat sunnah rowatib ini disamping sholat-sholat fardlu.
Sholat Sunnah Rawatib sangat dianjurkan / ditekankan untuk dilakukan. Menurut pendapat beberapa ulama, orang yang terus menerus meninggalkannya maka ketakwaannya tidak bisa dipercaya dan ia pun berdosa. Alasannya, karena terus menerus meninggalkannya menunjukkan kadar keislamannya yang sangat rendah dan ketidakpeduliannya terhadap sholat sunnah rowatib. Adapun keistimewaan sholat sunnah rowatib adalah merupakan penambal kekurangan dan kesalahan seseorang ketika melaksanakan sholat fardlu. Karena manusia tidak terlepas dari kesalahan, maka ia membutuhkan sesuatu yang dapat menutupi kesalahannya tersebut.
Berdasarkan Hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa
Saya menghafal sepuluh rokaat dari Rosulullah: dua rokaat sebelum sholat zhuhur, dua rokaat setelah sholat zhuhur, dua rokaat setelah sholat maghrib di rumah beliau, dua rokaat setelah sholat isya’ di rumah beliau, dan dua rokaat sebelum subuh. Sebelum subuh ini adalah waktu di mana tidak seorang pun yang datang kepada Rosulullah SAW. Hafshah memberitahuku bahwa jika muazin mengumandangkan adzan dan fajar telah terbit, maka beliau sholat dua rokaat.
Berdasarkan hadist di atas dapat kita simpulkan bahwa sholat sunnah rowatib terdiri dari dua rokaat sebelum Dzuhur, dua rokaat setelah dzuhur, dua rokaat setelah maghrib, dua rokaat setelah isya’, dan dua rokaat sebelum subuh setelah terbit fajar.
Dalam Shohih Muslim diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata
Rosulullah sholat empat rokaat sebelum sholat dzuhur di rumahku. Kemudian beliau keluar dan sholat bersama orang-orang, lalu pulang ke rumahku dan melakukan sholat dua rokaat.
Berdasarkan hadist riwayat ini, beberapa ulama menyimpulkan bahwa jumlah rokaat sholat sunnah rowatib adalah 12 rokaat.
Keutamaan melaksanakan sholat sunnah rowatib di rumah :
  1. Untuk menghindari riya’ (sikap pamer), ujub (membanggakan diri sendiri), dan untuk tidak memperlihatkan amal baik kepada khalayak ramai.
  2. Lebih mudah untuk khusyuk dan ikhlas lantaran suasananya yang sepi (tidak banyak orang).
  3. menghidupkan rumah dengan dzikir kepada Allah dan sholat seperti sabda Rosulullah,
Jadikanlah sebagian sholat kalian di rumah-rumah kalian, dan jangan kalian menjadikannya sebagai kuburan
Yang paling utama dari sholat-sholat sunnah rowatib ini adalah sholat sunnah sebelum fajar. Hal ini berdasarkan riwayat dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata,
tidak ada sholat sunnah yang paling dijaga oleh Rosulullah selain dua rokaat fajar.
Rosulullah bersabda :
Dua rokaat sholat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya
Oleh karena itu Roslullah selalu melakukan sholat dua rokaat fajar dan sholat witir, baik ketika di rumah maupun ketika dalam perjalanan.
Sholat sunnah rowatib selain witir dan sholat sunnah fajar tidak disunnahkan dilakukan ketika dalam perjalanan. Hal ini didasarkan dari riwayat ketika Ibnu Umar r.a. ditanya tentang sholat rowatib Dzuhur ketika dalam perjalanan ia berkata,
Seandainya aku melakukan sholat rowatib, tentunya aku tidak mengqoshor sholat.
Ibnul Qayyim berkata,
Termasuk tuntunan Rosulullah dalam perjalanan adalah mengqoshor sholat fardlu. Tidak ada riwayat dari beliau yang menunjukkan bahwa beliau melakukan sholat sunnah sebelum dan setelah sholat qoshor tersebut, kecuali sholat witir dan sholat sunnah fajar
Adapun dalam pelaksanaannya Rosulullah mensunnahkan untuk memendekkan sholat sunnah fajar. Berdasarkan riwayat Shohih Bukhori dan Muslim Aisyah r.a. berkata :
Rosulullah selalu memendekkan sholat dua rokaat sebelum sholat subuh.
Dalam sholat subuh, pada rokaat pertama setelah membaca Al Fatihah Rosulullah melanjutkannya dengan membaca surat Al Kafirun dan pada rokaat kedua dengan Al Ikhlash. Pernah juga pada rokaat pertama Rosulullah membaca surat Al Baqoroh ayat 136 setelah membaca Al Fatihah dan Ali Imron ayat 64 pada rokaat kedua. Hal ini juga dilakukan beliau pada sholat dua rokaat setelah maghrib berdasarkan riwayat Al Baihaqqi dan Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud r.a. yang menjelaskan tentang seringnya Roslulullah membaca surat Al Kafiruun dan Al Ikhlas pada sholat dua rokaat  setelah sholat maghrib dan sebelum sholat subuh.
Jika dari sholat-sholat ini ada yang terlewat, disunnahkan untuk mengqodo’nya. Demikian juga jika terlewat sholat witir, maka disunnahkan untuk mengqodo’nya di siang hari. Rosulullah mengqodho’ dua rokaat sholat sunnah fajar dan sholat subuh ketika tertidur dan belum melaksanakannya. Beliau juga pernah mengqodho’ sholat sunnah qobliyah dzuhur setelah sholat ashar. Adapun disyariatkannya mengqodho’ sholat sunnah rowatib lainnya dapat dianalogikan sholat-sholat yang disebutkan di dalam nash hadist.
Rosulullah bersabda,
Barangsiapa tertidur atau lupa dan tidak sholat witir, hendaknya melakukannya ketika ia bangun atau ketika mengingatnya. (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).
Ketika mengqodho’ sholat witir, hendaknya juga mengqodho’ sholat sunnah sebelumnya. Hal ini didasarkan pada riwayat Aisyah r.a. yang ia berkata,
Rosulullah jika tidak sholat malam karena tidur atau sakit, beliau sholat di siang hari dua belas rokaat.
Demikian tadi telah diuraikan tentang keutamaan serta segala sesuatu yang berkaitan dengan sholat sunnah rowatib. Mudah-mudah bermanfaat bagi saudara-saudariku yang mau menegakkannya.
Wassalamualaikum warohmatullah wabarokatuh
Referensi :
Al Fauzan, Saleh. 2005. Fiqih Sehari-hari. Jakarta : Gema Insani Press

Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّى لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلاَّ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَوْ إِلاَّ بُنِىَ لَهُ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ. قَالَتْ أُمُّ حَبِيبَةَ فَمَا بَرِحْتُ أُصَلِّيهِنَّ بَعْدُ
“Seorang hamba yang muslim melakukan shalat sunnah yang bukan wajib, karena Allah, (sebanyak) dua belas rakaat dalam setiap hari, Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah (istana) di surga.” (Kemudian) Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata, “Setelah aku mendengar hadits ini aku tidak pernah meninggalkan shalat-shalat tersebut.” [1]

Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan shalat sunnah rawatib, sehingga Imam an-Nawawi mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama dalam bab: keutamaan shalat sunnah rawatib (yang dikerjakan) bersama shalat wajib (yang lima waktu), dalam kitab beliau Riyadhus Shaalihiin. [2]
Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini:
  1. Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat wajib lima waktu. [3]
  2. Dalam riwayat lain hadits ini dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan dan memerinci sendiri makna “dua belas rakaat” yang disebutkan dalam hadits di atas[4], yaitu: empat rakaat sebelum shalat Zhuhur[5] dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Magrib, dua rakaat sesudah Isya’ dan dua rakaat sebelum Subuh[6]. Adapun riwayat yang menyebutkan: “…Dua rakaat sebelum shalat Ashar”, maka ini adalah riwayat yang lemah[7] karena menyelisihi riwayat yang lebih kuat yang kami sebutkan sebelumnya. [8]
  3. Keutamaan yang disebutkan dalam hadits di atas adalah bagi orang yang menjaga shalat-shalat sunnah rawatib dengan melaksanakannya secara kontinyu, sebagaimana yang dipahami dan dikerjakan oleh Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, perawi hadits di atas dan demikian yang diterangkan oleh para ulama[9].
  4. Jika seseorang tidak bisa melakukan shalat sunnah rawatib pada waktunya karena ada udzur (sempitnya waktu, sakit, lupa dan lain-lain) maka dia boleh mengqadha (menggantinya) di waktu lain[10]. Ini ditunjukkan dalam banyak hadits shahih. [11]
  5. Dalam hadits ini terdapat peringatan untuk selalu mengikhlaskan amal ibadah kepada Alah Ta’ala semata-mata.
  6. Hadits ini juga menunjukkan keutamaan amal ibadah yang dikerjakan secara kontinyu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah amal yang paling kontinyu dikerjakan meskipun sedikit.” [12]
  7. Semangat dan kesungguhan para sahabat dalam memahami dan mengamalkan petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, inilah yang menjadikan mereka lebih utama dalam agama dibandingkan generasi yang datang setelah mereka.
Footnote:
[1] HSR Muslim (no. 728).
[2] Riyadhus Shalihin (bab no. 195, hal. 1409).
[3] Lihat keterangan Imam an-Nawawi dalam Shahih Muslim (1/502).
[4] Lihat keterangan syaikh al-’Utsaimin dalam Syarh Riyadhish Shaalihiin (3/282).
[5] Dikerjakan dua raka’at – salam dan dua raka’at – salam (ed)
[6] HR an-Nasa-i (3/261), at-Tirmidzi (2/273) dan Ibnu Majah (1/361), dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam Shahih sunan Ibnu Majah (no. 935).
[7] Dinyatakan lemah oleh syaikh al-Albani dalam Dha’iful Jaami’ish Shagiir (no. 5672).
[8] Lihat kitab Bughyatul Mutathawwi’ (hal. 22).
[9] Lihat misalnya kitab Faidhul Qadiir (6/166).
[10] Demikian keterangan yang kami dengar langsung dari guru kami yang mulia, syaikh Abdul Muhsin al-’Abbaad, semoga Allah menjaga beliau.
[11] Lihat kitab Bughyatul Mutathawwi’ (hal. 29, 33-34).
[12] HSR al-Bukhari (no. 6099) dan Muslim (no. 783).
***
Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, M.A.

Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, dan kami minta pertolongan kepada-Nya, dan kami mohon ampunan kepada-Nya, dan kami berlindung dari keburukan diri kami dan dari keburukan amalan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada seseorangpun yang bisa menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk.
Shalawat dan Salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, kepada keluarganya, kepada para Shahabat, dan juga kepada pengikutnya yang baik hingga hari Kiamat. Amma ba’du
MENGQADLA’ SHOLAT RAWATIB APABILA TERTINGGAL
  1. TERTINGGAL SHOLAT SUNNAH FAJAR
Disyariatkannya bagi orang yang tidak sempat mengerjakan sholat rawatib dua rakaat sebelum Shubuh, untuk mengerjakannya setelah shalat Shubuh langsung atau setelah matahari terbit (baca: waktu Dhuha). Tetapi yang lebih afdhol adalah mengerjakannya setelah matahari terbit.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa tidak sempat mengerjakan sholat rawatib dua rakaat sebelum Shubuh, maka hendaklah ia mengerjakannya setelah matahari terbit.” (Tirmidzi/ 424)
Hadist ini shahih. Dinilai shahih oleh al-Hakim (I/24), Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban. Juga dinilai shahih oleh Al-Albani.
Dari Qais bin Qahd radhiyallahu ‘anhu, bahwasahnya dia pernah mengerjakan shalat Shubuh bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, sedang dia belum mengerjakan sholat rawatib dua rakaat sebelumnya. Dan setelah beliau mengucapkan salam, diapun mengucapkan salam bersama beliau. Selanjutnya, dia mengerjakan shalat rawatib Shubuh dua rakaat, sedang Rasulullah melihatnya, tetapi beliau tidak melarangnya melakukan hal tersebut.”  Diriwayatkan oleh Tirmidzi/422, Abu Dawud/ 1267. Dinilai shahih oleh al-Hakim, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban. Al-‘Allamah Ahmad Syakir menilai shahih dalam Tahqiq Sunan Tirmidzi. Begitu pula Al-Albani memasukkan hadist ini dalam Shahih Tirmidzi.
“Bahwa Nabi pada suatu ketika sedang dalam berpergian. Sekalian sahabat sama tertidur sampai tidak sempat melakukan shalat Fajar (Shubuh). Mereka bangun di saat matahari sudah terbit, merekapun lalu berjalan sedikit sampai matahari agak tinggi. Kemudian beliau menyuruh seorang muadzin untuk berdiri melakukan adzan dan seterusnya lalu melakukan dua rakaat sunat sebelum Fajar dan qamat serta melakukan shalat Shubuh (fajar).” Diriwayatkan Bukhori dan Muslim, Ahmad dari Umar bin Hushain.
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin juga menjelaskan bahwa apabila sholat Shubuh tertinggal secara berjamaah, maka sholat sunnah fajar dilakukan sebelum sholat Subuh.
Catatan: Dari hadist diatas dapat dijelaskan bahwa bolehnya mengganti shalat sunnah yang tertinggal pada waktu yang terlarang shalat karena setelah Shubuh sampai terbit matahari dilarang sholat.
Saya sempat bertanya kepada Ustadz Aris Munandar mengenai bolehkah sholat sunnah fajar setelah Shubuh karena tertinggal. Beliau menjawab dengan singkat, “Boleh dengan syarat sering melakukan” Wallahu a’lam
KESIMPULAN:
  1. Bolehnya mengganti sholat sunnah fajar yang tertinggal dengan catatan dia memang sering melakukannya. Dan waktu pengerjaannya boleh langsung ataupun di waktu matahari terbit akan tetapi yang paling afdhol adalah setelah matahari terbit.
  2. Apabila tertinggal secara berjamaah, maka sholat sunnah dilakukan sebelum sholat Shubuh
  1. TERTINGGAL SHOLAT SUNNAH DZUHUR
Saya mengecek dalam buku Fiqhus Sunnah Jilid II halaman 23 poin V karangan Sayyid SAbiq.  disitu ada hadist
Ibnu Majah meriwayatkan pula dari ‘Aisyah, katanya:  “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam itu apabila ketinggalan sholat sunnah empat rakaat sebelum Dzuhur, maka dikerjakannya sesudah mengerjakan SUNNAH DUA RAKAAT SEHABIS DZUHUR”.   
Hadist ini dikomentari oleh Al-Albani dalam Tamamul Minnah jilid II (buku karangan Al-Albani yang mengulas tentang komentar dan kritikan tentang Fikih Sunnah Sayyid Sabiq), “karena disitu tidak dijelaskan kedudukan, mungkin saja penulis (Sayyid Sabiq) menganggap hadist itu shahih. Padahal tidak. Hadist ini riwayat Qais bin ar-Rabi’, Al-Hafidz berkata ia jujur tetapi terganggu ingatannya setelah tua. Al-Albani berkata: Hanya Ibnu Majah yang mencantumkan ‘sesudah dua rakaat’. Ini tambahan yang diingkari karena hadist riwayat Tirmidzi dari jalur lain yang juga dari ‘Aisyah dengan sanad shahih tidak menyebutkan ‘sesudah dua rakaat’. Wallahu a’lam, jika memang yang salah adalah Sayyid Sabiq semoga beliau mendapat ampunan dari Allah.
Dari ‘Aisyah: “Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam jikalau ketinggalan shalat empat rakaat sebelum Dzuhur, maka dikerjakannya itu sesudah Dzuhur.” Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan katanya hadist ini hasan lagi ghorib. Al-Albani berkata shahih (seperti yang telah dijelaskan diatas).
Dari Kuraib, pembantu Ibnu Abbas, bahwa Abdullah bin Abbas, Abdurrahman bin Azhar dan al-Miswar bin Makhramah pernah mengirimnya untuk menemui ‘Aisyah, maka mereka berkata: “sampaikan salam kami semua kepadanya dan tanyakan tentang dua rakaat rawatib setelah ‘Ashar………………... Dan setelah berbalik beliau bersabda, “Wahai puteri Abu Umayyah, engkau bertanya tentang dua rakaat setelah ‘Ashar? Sesungguhnya aku telah didatangi oleh beberapa orang dari ‘Abdul Qais untuk meng-Islamkan beberapa orang dari kaumnya, sehingga aku tidak sempat mengerjakan shalat rawatib dua rakaat setelah Dzuhur, Dan yang kukerjakan itu adalah shalat rawatib Dzuhur.” Diriwayatkan Bukhori/ 1233, Muslim/834.
KESIMPULAN :
  1. Bolehnya mengganti sholat Qabliyah Dzhuhur setelah menunaikan Shalat Dzuhur
  2. Bolehnya mengganti sholat Ba’diyah Dzuhur setelah Shalat ‘Ashar
PENGERJAAN 4 RAKAAT ITU DUA DUA ATAU EMPAT LANGSUNG?
Mengenai hal ini ada perbedaan pendapat diantara ulama. Ada mereka yang mengatakan langsung dengan satu salam diantaranya adalam Imam Abu Hanifah. Sedangkan yang mengatakan dua rakaat dua rakaat adalah Imam Syafi’I dan pendapat Syafi’I inilah yang dipilih oleh jumhurul ulama’. Wallahu a’lam
Perbedaan pendapat itu bermula dari satu hadist Rasulullah ini, yaitu
Dan riwayat imam yang lima dan dishohihkan oleh Ibnu Hibban, “Sholat malam dan siang itu dua dua.” Nasa’I berkata ini salah. (Lihat Bulughul Marom)
Al-Albani berkata dalam Tamamul Minnah: “Hadist yang semisal dalam Shahih Bukhori-Muslim yang juga dari Ibnu Umar tanpa kata an-nahar (siang)”. Al-Hafidz berkata dalam Al-Fath: “Mayoritas ahli hadist mengatakan tambahan itu mu’tal (cacat). Maka tambahan ini tidak shohih.”
Kemudian dalam Tamamul Minnah Al-Albani mengatakan, “Bahwa pendapat yang lebih utama adalah salam pada setiap dua rakaat bagi sholat-sholat yang dilakukan siang hari. Wallahu a’lam” (Tamamul Minnah Bab Sholat Rawatib Dzuhur).
KESIMPULAN:
Adanya perbedaan diantara ulama (Hanafiyah dengan Syafi’iyah) mengenai sholat rawatib 4 rakaat di siang hari. Adapun mayoritas ulama (jumhurul ulama) memilih pendapat Syafi’I sebagai pendapat yang lebih utama. Wallahu a’lam
Semoga bermanfaat. Wallahu waliyut taufiq
Sumber :
  1. Bulughul Maram karangan al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani
  2. Bughyatul Mutathawwi’ karangan Muhammad bin Umar bin Salam Bazmul
  3. Fiqhul Islam Syarh Bulughul Maram II karangan Abdul Qadir Syaibah al-Hamd
  4. Tamamul Minnah I karangan Muhammad Nashiruddin al-Albani

 Shalat Sunnah Rawatib sepintas nampak seperti hal yang lumrah. Namun banyak dari kita yang tidak mengetahui bahwa Rasulullah tidak pernah meninggalkan shalat sunnah ini kecuali ketika beliau dalam perjalanan. Kalaupun tertinggal karena lupa, sakit atau tertidur, beliau mengqadha’nya. Dari sini dapat kita simpulkan betapa pentingnya kedudukan shalat sunnah rawatib ini disamping shalat-shalat fardlu. Adapun Keistimewaan shalat sunnah rawatib adalah merupakan penambal kekurangan dan kesalahan seseorang ketika melaksanakan shalat fardlu. Karena manusia tidak terlepas dari kesalahan, maka ia membutuhkan sesuatu yang dapat menutupi kesalahannya tersebut.
Dalam pembahasan yang lalu telah kita ketahui banyak sekali keutamaan-keutamaan shalat sunnah. Untuk kesempatan kali ini kita akan mengulas sedikit tentang keutamaan-keutamaan shalat sunnah rawatib yang tentunya masih dikutib dari buku “Himpunan dan Tata Cara Shalat Sunnah” karya Dr. Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani yang diterbitkan oleh Pustaka At-Tibyan.
Dari Ummu Habibah -Radhiyallahu ‘anha-, Istri Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّى لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلاَّ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَوْ إِلاَّ بُنِىَ لَهُ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ. قَالَتْ أُمُّ حَبِيبَةَ فَمَا بَرِحْتُ أُصَلِّيهِنَّ بَعْدُ
“Setiap hamba muslim yang shalat sunnah setiap harinya duabelas rakaat, selain shalat wajib, pasti Allah bangunkan untuknya rumah di dalam surga, atau dibangunkan untuknya satu rumah di dalam surga.” (Kemudian) Ummu Habibah -Radhiyallahu ‘anha- berkata, “Setelah aku mendengar hadits ini aku tidak pernah meninggalkan shalat-shalat tersebut.” (HR. Muslim, no. 728).
Secara terperinci shalat-shalat sunnah rawatib tersebut adalah:
a. 2 rakaat sebelum Shubuh, dan sunnahnya dikerjakan di rumah.
b. 2 rakaat sebelum Zhuhur, dan bisa juga 4 rakaat.
c. 2 rakaat setelah Zhuhur
d. 4 rakaat sebelum Ashar
e. 2 rakaat setelah Jum’at.
f. 2 rakaat setelah Maghrib, dan sunnahnya dikerjakan di rumah.
g. 2 rakaat setelah Isya, dan sunnahnya dikerjakan di rumah.
Adapun hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan-keutamaan shalat-shalat sunnah rawatib antara lain:
1. Hadits Ummu Habibah -Radhiyallahu ‘anha-, “Aku pernah mendengar Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
“Barangsiapa menjaga empat rakaat sebelum Zhuhur dan empat rakaat sesudah Zhuhur, akan Allah haramkan dirinya dari Neraka.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya (VI/326))
2. Hadits Ibnu Umar -Radhiyallahu ‘anhuma-, Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
“Semoga Allah memberi rahmat kepada seseorang yang shalat sunnah sebelum Ashar empat rakaat.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya (II/117).
3. Diriwayatkan dari ‘Aisyah -Radhiyallahu ‘anha- dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda:
“Dua rakaat sunnah Fajar (Shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim dalam kitab Shalatul Musafirin, bab: Dianjurkanya shalat dua rakaat sebelum Shubuh, no. 725).
FAIDAH SHALAT SUNNAH RAWATIB
shalat sunnah Rawatib ini didefinisikan dengan shalat yang terus dilakukan secara kontinyu mendampingi shalat fardhu. Demikian Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin memberikan definisinya, sehingga berkaitan dengan faidah shalat sunnah Rawatib ini, beliau memberikan penjelasan: “Faidah Rawatib ini, ialah menutupi (melengkapi) kekurangan yang terdapat pada shalat fardhu”.[19]
Sedangkan Syaikh ‘Abdullah Al-Basam mengatakan dalam Ta’udhihul Ahkam (II/383-384) bahwa shalat sunnah Rawatib memiliki manfaat yang agung dan keuntungan yang besar. Yaitu berupa tambahan kebaikan, menghapus kejelekan, meninggikan derajat, menutupi kekurangan dalam shalat fardhu. Sehingga Syaikh al-Basam mengingatkan, menjadi keharusan bagi kita untuk memperhatikan dan menjaga kesinambungannya.



Bismillah,
Sholat dibagi menjadi 2, yakni sholat wajib (fardhu) dan sholat sunnah. Dari sekian banyak sholat sunnah, ada sholat sunnah yg ‘menemani’ sholat fardhu, baik itu sebelum sholat fardhu maupun sesudahnya, yang disebut sholat sunnah Rawatib.
Sholat sunnah Rawatib ini pun dibagi menjadi 2, yakni sunnah muakkad dan ghairu muakkad. Untuk lebih mudahnya, sunnah muakkad adalah yg sering dilakukan (serta dianjurkan) oleh Rasululloh SAW, sementara ghairu muakkad jarang sekali dilakukan beliau. Para ulama sepakat bahwa sunnah muakkad merupakan salah satu sholat sunnah yg amat besar manfaat dan fadilahnya.
Apa saja yg termasuk dalam sunnah muakkad:
1. 2 raka’at SEBELUM sholat Subuh. Sholat sunnah ini mempunyai fadilah/manfaat yg sangat besar serta sangat dianjurkan Rasululloh SAW. Silakan cek haditsnya di bawah.
2. 2 raka’at SEBELUM sholat Dhuhur
3. 2 raka’at SESUDAH sholat Dhuhur
4. 2 raka’at SESUDAH sholat Maghrib
5. 2 raka’at SESUDAH sholat Isya
Apa saja yg termasuk dalam sunnah ghairu muakkad:
1. 2 raka’at SEBELUM sholat Dhuhur
2. 2 raka’at SESUDAH sholat Dhuhur
3. 2 raka’at SEBELUM sholat Ashar
4. 2 raka’at SEBELUM sholat Maghrib
5. 2 raka’at SEBELUM sholat Isya
Adapun hadits2 yg mendukung/terkait sholat sunnah rawatib ini di antaranya:
- Dari Aisyah r.a bahwa Rasululloh SAW bersabda :”Dua raka’at fajar (salat sunnah yang dikerjakan sebelum shubuh) itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR Muslim)
- Dari Ummu Habibah Radhiallaahu anha, ia berkata: “Aku telah mendengar Rasululloh shallallahu alaihi wasalam bersabda, Barangsiapa salat dalam sehari semalam dua belas rakaat akan dibangun untuknya rumah di Surga, yaitu; empat rakaat sebelum Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah maghrib, dua rakaat sesudah Isya dan dua rakaat sebelum salat Subuh.”” (HR. At-Tirmidzi, ia mengatakan, hadits ini hasan shahih)
-Dari Ibnu Umar Radhiallaahu anhu dia berkata: “Aku salat bersama Rasululloh shallallahu alaihi wasalam dua rakaat sebelum Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Jum’at, dua rakaat sesudah Maghrib dan dua rakaat sesudah Isya.” (Muttafaq ‘alaih)
- Dari Abdullah bin Mughaffal radhiallahu anhu , ia berkata: “Bersabda Rasululloh shallallahu alaihi wasalam , ‘Di antara dua adzan itu ada salat, di antara dua adzan itu ada salat, di antara dua adzan itu ada salat. Kemudian pada ucapannya yang ketiga beliau menambahkan: ‘bagi yang mau”. (Muttafaq ‘alaih)
- Dari Ummu Habibah Radhiallaahu anha, ia berkata : Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Barangsiapa yang menjaga empat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah mengharamkannya dari api Neraka.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, ia mengatakan hadits ini hasan shahih)
- Dari Ibnu Umar Radhiallaahu anhu, bahwa Rasululloh shallallahu alaihi wasalam bersabda : “Semoga Allah memberi rahmat bagi orang yang salat empat rakaat sebelum Ashar.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, ia mengatakan, hadits ini hasan)
Seringkali kita melihat ada jama’ah masjid yg sholat sunnah usai adzan Magrib/Isya dikumandangkan, sementara ybs sudah lama duduk di masjid. Jangan terburu-buru mencap mereka bid’ah. Bisa jadi mereka melakukan sholat sunnah ghairu muakkad. :-)
Semoga berguna.

Doa-doa mustajab

Kumpulan Doa-doa Mustajab - Setiap hari, setiap waktu, kita selalu berdoa. Tapi apakah doa-doa yang kita panjatkan itu akan terkabul? “Wallahu ‘A’lam”. Tapi, ternyata untuk mendapatkan doa mustajab atau doa yang cepat terkabul, ada waktunya tersendiri. Namun demikian, bukan berarti diluar waktu doa yang mustajab manjur tersebut kita tidak berdoa dan memohon kepada Allah SWT. Kita sebagai hamba-Nya hanya bisa berdoa dan berusaha, sedangkan yang menentukan adalah Allah SWT. Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa, sebagaimana Firman-Nya dalam Q.S Al-Mukmin  :
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’”. (QS. Al-Mukmin 40: 60)
Untuk itu, marilah kita jangan sungkan-sungkan untuk selalu berdoa, meminta kepada Allah agar kita terjaga dari godaan-godaan syaitan yang terkutuk, selamat dunia akhirat, menjadi manusia yang berguna, berbakti kepada nusa, bangsa serta agama. Dan dibawah ini merupakan kumpulan waktu doa mustajab atau waktu-waktu dimana doa kita mudah dikabulkan serta dilengkapi dengan hadist-hadits yang menerangkan tentang doa mustajab.
Pesan Sponsor
1. Do’a Seorang Muslim Untuk Saudaranya Tanpa Dia Ketahui
Diriwayatkan dari Abu Darda’ ra., bahwasanya ia berkata, “Apabila seorang Muslim mendo’akan saudaranya tanpa sepengetahuannya, maka pasti malaikat yang ditugaskan (kepadanya) akan mengucapkan, “Engkaupun akan mendapatkan yang semisalnya”. (HR. Muslim)
2. Do’a Orang Yang Teraniaya
Ketika Rasulullah SAW mengutus Mu’adz ke Yaman, beliau bersabda kepadanya, “Takutlah kalian terhadap do’a orang yang dizhalimi, karena tidak ada hijab antara do,a itu dengan Allah” (HR. Bukhari)
3. Do’a Orang Tua Untuk Anaknya
4. Do’a Seorang Musafir
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga do’a mustajab yang tidak diragukan lagi, yaitu do’a orang yang teraniaya, do’a musafir, dan do,a orang tua untuk anaknya” (HR. Tirmidzi, dll. Dinilai hasan oleh al-Albani)
5. Do’a Orang Yang Berpuasa Ketika Berbuka
6. Do’a Pemimpin Yang Adil
Dari Abu Hurairah ra., secara marfu’, “Ada tiga golongan yang do’anya tidak ditolak, orang yang berpuasa hingga berbuka, do’a pemimpin yang adil dan do’a orang yang teraniaya. Allah akan mengangkat do’a mereka ke atas awan, membukakan pintu-pintu langit untuknya, dan berfirman, ‘Demi kemuliaan-Ku, sungguh, Aku akan menolongmu walaupun dengan selang waktu’” (HR. Tirmidzi, dll. Dinilai hasan oleh al-Albani)
7. Doa Anak Shaleh
Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., “Apabila manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih yang mendo’akan orang tuanya” (HR. Muslim)
8. Do’a Orang Yang Berada Dalam Keadaan Darurat
Allah SWT berfirman: “Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)”. (QS. An-Naml 27: 62)
9. Do’a Orang Yang Tidur Dalam Keadaan Suci Dan Berdzikir
Dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Apabila seorang muslim tidur dalam keadaan berdzikir dan suci, lalu terbangun di malam hari, kemudian berdo’a kepada Allah SWT meminta kebaikan dunia dan akhirat, maka pasti Allah akan memberikan kepadanya”. (HR. Abu Dawud dan Ahmad, dinyatakan Shahih oleh al-Albani)
10. Berdo’a Dengan Menggunakan Do’a Dzun Nun (Do’a Nabi Yunus alaihissalam)
Dari Sa’ad bin Abi Waqash ra., ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Do’a Dzun Nun (Nabi Yunus alaihissalam) ketika berada di dalam perut ikan: ‘Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu min Azh-zhaalimiin’. Jika seorang berdo’a dengannya memohon sesuatu, niscaya Allah akan mengabulkannya’” (HR. Tirmidzi dll., dinyatakan shahih oleh al-Albani)
11. Do’a Orang Yang Terbangun Di Malam Hari Dengan Do’a Yang Ma’tsur
Dari Ubadah bin Shamit ra., dari nabi Muhammad SAW, bahwasanya beliau bersabda, “Brangsiapa yang terjaga di malam hari, lalu mengucapkan: ‘Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lah, lahul mulku walahul hamdu, wahuwaa ‘alaa kulli syai’in qadiir, Alhamdulillaah, wasubhanallaah, wa laa ilaaha illallaah, wallahu akbar, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah’ (Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nyalah seluruh kerajaan dan bagi-Nya pula segala pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah, Maha Suci Allah, tidak ada Tuhan selalin Allah, Allah Maha Besar. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Kemudian mengucapkan: ‘Allahummaghfir lii’ (Ya Allah, ampunilah aku). Atau do’a yang lain, niscaya akan dikabulkan do’anya. Jika ia berwudhu’ dan shalat, maka diterimalah shalatnya” (HR. Bukhari, dll)
12. Do’a Anak Yang Berbakti Kepada Kedua Orang Tuanya
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga, lalu ia bertanya, ‘Dari mana aku memperoleh derajat ini?’. Allah SWT berfirman, ‘Dengan permohonan ampun anakmu untukmu’” (HR. Ahmad, sanadnya dinyatakan shahih olh Ibnu Katsir)
13. Do’a Orang Yang Menunaikan Haji, Umrah Dan Berperang Di Jalan Allah SWT
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra., dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, “Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang menunaikan haji, dan orang yang menunaikan umrah adalah utusan-utusan yang menghadap kepada Allah. Mereka dipanggil oleh-Nya, lalu mereka memenuhi panggilan-Nya, dan mereka pun meminta kepada-Nya, maka Allah akan memberinya” (HR. Ibnu Majah, dinyatakan hasan oleh al-Albani)
14. Do’a Orang Yang Banyak Berdzikir Kepada Allah SWT
Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, “Ada tiga golongan yang do’anya tidak akan ditolak, yaitu orang yang banyak berdzikir kepada Allah, orang yang teraniaya, dan pemimpin yang adil” (HR. al-Baihqi dan ath-Thabrani, dinyatakan hasan oleh al-Albani)
15. Do’a Orang Yang Dicintai Dan Diridhai Oleh Allah SWT
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT berfirman, ‘Barangsiapa memusuhi kekasih-Ku, maka sungguh Aku menyatakan perang dengannya. Hamba-Ku tidak akan dapat mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku terus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan nafil, sehingga Aku mencintainya. Maka jika Aku telah mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya ia memegang dan kakinya yang dengannya ia berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, pasti Aku akan memberinya. Jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, pasti Aku akan melindunginya. Aku tidak pernah ragu-ragu dalam sesuatu yang Aku kerjakan seperti keraguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin. Hal itu karena ia tidak suka mati, sedangkan Aku tidak suka keburukan terjadi kepadanya’” (HR. Bukhari)
16. Orang Yang Memperbanyak Berdoa Pada Saat Lapang Dan Bahagia
Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah SAW bersabda. “Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah, maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang”. (HR. Tirmidzi, dan al-Hakim. Dishahihkan oleh Imam Dzahabi dan di hasankan oleh Al-Albani).
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa makna hadits di atas adalah hendaknya seseorang memperbanyak doa pada saat sehat, kecukupan dan selamat dari cobaan, sebab ciri seorang mukmin adalah selalu dalam keadaan siaga sebelum membidikkan panah. Maka sangat baik jika seorang mukmin selalu berdoa kepada Allah sebelum datang bencana berbeda dengan orang kafir dan zhalim sebagaimana firman Allah SWT.
“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya ; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu”. (QS. Az-Zumar : 8).
Dan firman Allah SWT:
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya”. (QS. Yunus : 12)
17. Doa Orang Dalam Keadaan Terpaksa.
Allah SWT berfirman. “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu menginga(Nya)”. (QS. An-Naml : 62)
Imam As-Syaukani berkata bahwa ayat diatas menjelaskan betapa manusia sangat membutuhkan Allah dalam segala hal terlebih orang yang dalam keadaan terpaksa yang tidak mempunyai daya dan upaya. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan orang terpaksa adalah orang-orang yang berdosa dan sebagian yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud terpaksa adalah orang-orang yang hidup dalam kekurangan, kesempitan atau sakit, sehingga harus mengadu kepada Allah. Dan huruf lam dalam kalimat Al-Mudhthar untuk menjelaskan jenis bukan istighraq (keseluruhan). Maka boleh jadi ada sebagian orang yang berdoa dalam keadaan terpaksa tidak dikabulkan dikarenakan adanya penghalang yang menghalangi terkabulnya doa tersebut. Jika tidak ada penghalang, maka Allah telah menjamin bahwa doa orang dalam keadaan terpaksa pasti dikabulkan. Yang menjadi alasan doa tersebut dikabulkan karena kondisi terpaksa bisa mendorong seseorang untuk ikhlas berdoa dan tidak meminta kepada selain-Nya.
Itulah kumpulan berbagai waktu doa mustajab, waktu berdoa yang tepat agar cepat terkabul yang duniabaca.com kutip dari minangforum.com. Semoga Bermanfaat untuk kita semua. Amin
  Do’a atau berdo’a tidak asing lagi bagi telinga kita. Hampir semua agama dan kepercayaan mengajarkan kepada pengikutnya untuk senantiasa bedo’a. sebab do’a adalah pengingat ketika keberhasilan dapat diraih,maka kita sadar itu merupakan karunia Alloh, jika kegagalan yang datang, maka do’a sebagai benteng dari putus asa, karena dari situ kita tahu betapa lemahnya kita,tanpa pertolongan-Nya mustahil kita mampu menjalani hidup ini.
Sebagian orang menggap do’a sebagai “pesugihan” yang halal, mungkin anda sudah mencari do’a manjur,do’a paling mujarab,do’a paling ampuh, atau juga mendatangi tempat berdo’a yang maqbul, mungkin juga sudah menyempatkan waktu untuk memasuki waktu mustajabnya do’a.
Pernahkah kita merasa kalau do’a kita ditolak oleh Alloh?
Berbagai do’a sudah dilantunkan, bermacam cara bahkan tidak jarang kita meluangkan waktu, mencari saat dan tempat yang konon mustajab untuk berdo’a, namun semua itu nyaris tidak membawa hasil, bahkan yang lebih tragis, nikmat yang kita harapkan malah laknat yang datang. Kehidupan yang layak, rejeki yang melimpah,isteri yang cantik,kendaraan mewah selalu kita panjatkan agar itu berpihak pada kita, namun bukannya mendekat, malah menjauh.
Rahasia do’a makbul
Setelah bertahun-tahun terombang-ambung diantara harapan dan putus asa, kadang pertanyaan- pertanyaan datang bertubi-tubi. Kenapa Alloh masih enggan mengabulkan do’aku? Apa salahku? Kurang apalagi? Puasa sudah,berdo’a sudah,beramal sudah, tapi koq masih begini saja.
Ada 3 tahapan yang harus kita lakukan agar do’a kita maqbul, bahkan dijamin pasti insya Alloh manjur ;
1. Syukur
Mungkin kita bertanya, hidup saja susah apa yang mau disyukuri? Inilah kesalahan kita. Coba kita renumgkan ! andai kita mempunyai anak, anak kita minta mobil-mobilan, karena kita sayang kita kasih, tapi anak itu lupa membawa pulang mainannya ketika bermain dengan kawan-kawannya. Hilanglah mainan itu. Keesokan harinya dia merengek minta dibelikan lagi,kita pun membelikannya, dan kejadian pertama terulang lagi. Lantas jika anak kita itu minta lagi apa jawab kita? Apa akan langsung membelikannya? Tentu kita akan marah bukan?
Memang Alloh tidak seperti kita, namun kita hendaknya tahu diri, bagaimana Alloh akan mengabulkan do’a kita jika nikmat yang sudah ada saja tidak pernah disyukuri, ini namanya tidak tahu berterima kasih.
Dan yang paling penting adalah ; do’a itu bisa di ijabah atau ditolak oleh Alloh, tapi syukur pasti akan diterima ( bagaimana syukur yang benar? akan dilanjutkan dalam tulisan berikutnya , insya Alloh).
Jika kita bersyukur, maka Alloh akan menambahi anugerah-Nya kepada kita tanpa kita minta sekalipun. Alloh berfirman ; “Jika kamu menghitung-menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya (menghitungnya). Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.” QS. An Nahl : 18.
2. Malu
Sepantasnya kita malu, mungkin kita tidak diberi harta lebih, tapi kita masih diberi akal, tangan, kaki dan yang lebih penting kita masih hidup, tapi kenikmatan2 itu sekan tidak berarti apa-apa bagi kita, kita mendefinisikan nikmat itu hanya berupa harta,tahta,wanita.
3. Istighfar
mohonlah ampun kepada Alloh, atas kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan dengan sebenar-benarnya.
Insya Alloh dengan di awali dan dilandasi 3 hal tersebut do’a kita akan di kabulkan oleh Alloh. Dengan catatan semua itu dilakukan dengan benar tanpa direkayasa.(zid)
 Allah memberikan setiap waktu dengan keutamaan dan kemuliaan yang berbeda-beda, di antaranya ada waktu-waktu tertentu yang sangat baik untuk berdoa, akan tetapi kebanyakan orang mensia-siakan kesempatan yang baik tersebut. Mereka menyangka bahwa seluruh waktu memiliki nilai yang sama dan tidak berbeda. Setiap muslim seharusnya memanfaatkan waktu-waktu yang utama dan mulia untuk berdoa agar mendapatkan kejayaan, keuntungan, kemenangan dan keselamatan. Adapun waktu-waktu mustajab tersebut antara lain ialah









(1). Sepertiga Akhir Malam

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia hingga mendekati sepertiga akhir malam, lalu berfirman ; barangsiapa yang berdoa, maka Aku akan kabulkan, barangsiapa yang memohon, pasti Aku akan perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti Aku akan mengampuninya".

(Shahih Al-Bukhari, kitab Da'awaat bab Doa Nisfullail 7/149-150)



(2). Tatkala Berbuka Puasa Bagi Orang Yang Berpuasa

Dari Abdullah bin 'Amr bin'Ash Radhiyallahu'anhu bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa ketika saat berbuka ada doa yang tidak ditolak".

(Sunan Ibnu Majah, bab Fis Siyam La Turaddu Da'watuhu 1/321 No. 1775. Hakim dalam kitab Mustadrak 1/422. Dishahihkan sanadnya oleh Bushairi dalam Misbahuz Zujaj 2/17),



(3). Setiap Selepas Shalat Fardhu

Dari Abu Umamah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam ditanya tentang doa yang paling didengari oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, baginda Shallallahu’alaihi wa sallam menjawab.

"Artinya : Di pertengahan malam yang akhir dan setiap selesai shalat fardhu".

(Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da'awaat 13/30. Dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 3/167-168 No. 2782).



(4). Ketika Saat Perang Berkecamuk

Dari Sahl bin Sa'ad Radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang tertolak ; doa ketika saat adzan dan doa ketika perang berkecamuk".

(Sunan Abu Daud, kitab Jihad 3/21 No. 2540. Sunan Baihaqi, bab Shalat Istisqa' 3/360. Hakim dalam Mustadrak 1/189. Dishahihkan Imam Nawawi dalam Al-Adzkaar hal. 341. Dan Al-Albani dalam Ta'liq Alal Misykat 1/212 No. 672).



(5). Sesaat ketika Hari Jum'at

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu bahwa Abul Qasim Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya pada hari Jum'at ada satu saat yang tidaklah bertepatan seorang hamba muslim shalat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Allah melainkan akan diberikan padanya, beliau berisyarat dengan tangannya akan sedikitnya waktu tersebut".

(Shahih Al-Bukhari, kitab Da'awaat 7/166. Shahih Muslim, kitab Jumuah 3/5-6)

Waktu yang sesaat itu tidak dapat diketahui secara tepat dan masing-masing riwayat menyebutkan waktu tersebut secara berbeda-beda, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Ibnu Hajar di dalam Fathul Bari 11/203.

Dan kemungkinan besar waktu tersebut berada ketika saat imam atau khatib naik ke mimbar sehingga selesai shalat Jum'at atau sehingga selesai waktu shalat ashar bagi orang yang menunggu shalat maghrib.



(6). Ketika Waktu Bangun Tidur Pada Malam Hari Bagi Orang Yang Sebelum Tidur Dalam Keadaan Suci dan Berdzikir Kepada Allah

Dari 'Amr bin 'Anbasah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda.

"Artinya :Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya".

(Sunan Ibnu Majah, bab Doa 2/352 No. 3924. Dishahihkan oleh Al-Mundziri 1/371 No. 595)

Terbangun tanpa sengaja pada malam hari.(An-Nihayah fi Gharibil Hadits 1/190) Yang dimaksudkan dengan "ta'ara minal lail" terbangun dari tidur pada malam hari.



(7). Doa Di antara Adzan dan Iqamah

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Doa tidak akan ditolak di antara adzan dan iqamah".

(Sunan Abu Daud, kitab Shalat 1/144 No. 521. Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da'waat 13/87. Sunan Al-Baihaqi, kitab Shalat 1/410. Dishahihkan oleh Al-Albani, kitab Tamamul Minnah hal. 139)



(8). Doa Ketika Waktu Sujud di Dalam Shalat

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa karena saat itu sangat tepat untuk dikabulkan".

(Shahih Muslim, kitab Shalat bab Nahi An Qiratul Qur'an fi Ruku' wa Sujud 2/48)

Yang dimaksudkan adalah sangat tepat dan layak untuk dikabulkan doa kamu.



(9). Ketika Saat Sedang Hujana

Dari Sahl bin a'ad Radhiyallahu 'anhu bahwanya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda.

"Artinya : Dua doa yang tidak pernah ditolak ; doa ketika waktu adzan dan doa ketika waktu hujan".

(Mustadrak Hakim dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi 2/113-114. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami' No. 3078).

Imam An-Nawawi berkata bahwa penyebab doa pada waktu hujan tidak ditolak atau jarang ditolak ialah kerana pada saat itu sedang turun rahmat khususnya curahan hujan pertama di awal musim. (Fathul Qadir 3/340).



(10). Ketika Saat Ajal Tiba

Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah’alaihi wasallam mendatangi rumah Abu Salamah (pada hari wafatnya), dan beliau mendapati kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau’alaihi wasallam memejamkannya kemudian bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya'. Semua keluarga histeria. Baginda’alaihiwasallam bersabda : 'Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, karena para malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan".

(Shahih Muslim, kitab Janaiz 3/38)



(11). Ketika Malam Lailatul Qadar

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sehingga terbit fajar".

(Al-Qadr : 3-5)

Imam As-Syaukani berkata bahwa kemuliaan Lailatul Qadar mengharuskan doa setiap orang pasti dikabulkan.

(Tuhfatud Dzakirin hal. 56)



(12). Doa Ketika Hari Arafah

Dari 'Amr bin Syu'aib Radhiyallahu 'anhu dari bapaknya dari datuknya bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah".

(Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da'waat 13/83. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Ta'liq alal Misykat 2/797 No. 2598)







Wassalam.

Wallahu’alambishawab.
Kisah ini dituturkan oleh Imam Ibn Al-Qayyim (Murid Syaikh Ibnu Taimiyyah yang fatwa-fatwanya sering jadi rujukan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab “wahabi”) dalam kitabnya Al-Wabil Ash-Shayyib min Al-Kalim Ath-Thayyib. Saya (admin) menganjurkan setiap umat muslim mempraktekkan tekhnik ruqyah untuk mengusir jin ini (ada banyak tekhnik lainnya yang akan saya “bocorkan” ;) ) .
Para peruqyah wahabi sudah sangat jamak menggunakan tekhnik DOA ini dengan hasil yang sangat MENAKJUBKAN dan bisa dicontoh oleh peruqyah lainnya…………………

Tekhnik ini sangat bagus dan sangat syar’i dibandingkan dengan mengemis-ngemis minta bantuan khodam jin atau memakai jimat :)
Abu Nadhar Hasyim ibn Al-Qasim mengatakan, “Aku melihat dalam rumahku sesuatu makhluk, dan dia berkata kepadaku, ‘Wahai AbuNadhar, menyingkirlah engkau dari dekat kami.’ Hal itu sungguh menyulitkanku. Karena itu, aku menulis surat ke Kufah, kepada Ibn Idris,Al-Muharibiy, dan Abu Usamah. Al-Muharibiy membalas suratku dan menceritakan bahwa tali sebuah sumur di Madinah putus. Lalu beberapa orang mencoba turun untuk mengambilnya, tetapi tidak berhasil.Kemudian mereka meminta setimba air, dan membacakan beberapa bacaan, lalu menyiramkan air tersebut ke dalam sumur. Tiba-tiba keluar api  dari dalam sumur dan padam saat tiba di mulut sumur.” “Kemudian aku (Abu An-Nadhar) mengambil seember air, dan aku bacakan doa yang diberikan Al-Muharibiy, lalu aku siramkan air itu disudut-sudut rumah,tiba-tiba kudengar suara jeritan, ‘Engkau telah membakar kami, kami akan menyingkir dari dekatmu.’ Doa itu adalah:
Artinya :
“Dengan nama Allah, kami berada di sore ini dengan nama Allah Yang tiada sesuatu pun yang dapat menghalangi-Nya, dan dengan keagungan Allah Yang tidak bisa dikalahkan dan direndahkan. Dengan kekuasaan Allah Yang Maha Mencegah, kami berlindung, dan dengan seluruh nama-nama-Nya yang balk kami berlindung dart kejahatan iblis-iblis dan dart kejahatan setan-setan, baik dari golongan manusia maupun jin. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan segala sesuatu yang menampakkan diri dan menyembunyikan diri, dari kejahatan segala sesuatu yang keluar di malam hari dan bersembunyi di siang hari, dari kejahatan segala sesuatu yang menampakkan diri di siang hari dan bersembunyi di malam hari, .dan dari kejahatan segala sesuatu yang diciptakan-Nya, yang kotor dan yang bersih. Kami berlindung dari kejahatan Iblis dan pengikut-pengikutnya, dan dari kejahatan segala makhluk yang berada dalam kekuasaan-Mu. Sesungguhnya Tuhanku selalu menunjukkan jalan yang lurus. Aku berlindung kepada Allah dengan perlindungan yang dimohonkan oleh Musa, `Isa dan Ibrahim yang memenuhi janji, dari kejahatan segala sesuatu yang diciptakan-Nya, yang kotor dan yang bersih, dan dari kejahatan Iblis dan pengikut-pengikutnya, dan dari kejahatan segala sesuatu yang membangkang. Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dari kejahatan setan yang terkutuk Dengan nama Allah; Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Demi (rombongan) yang bersaf-saf dengan sebenar-benarnya. Dan Demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benamya (dari perbuatan maksiat), dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa. Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari. Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang. Dan telah memeliharanya (dengan se-benar-benarnya) dari setiap setan yang sangat durhaka. Setan-setan itu tidak dapat mencuri-dengar (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru, untuk mengusir mereka, dan bagi mereka siksaan yang kekal. Akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan), maka dia dikejar oleh kilatan api yang cemerlang” (QS. Ash-Shaffat: 1-10).
Aplikasi tekhnik ruqyah :
Baca Doa ini dengan khusyuk dan persiapan sempurna (berwudhu, tubuh suci dari hadats besar dan kecil) didalam seember air dicampur dengan garam , sewaktu membaca mulut kita didekatkan di air tersebut hingga sebagian ludah/hawa kita mengenai air tersebut, setelah membacanya lalu air tersebut di percikkan ditempat yang angker/ada gangguan jinnya (bisa dipercikkan melingkari tempat tersebut) / bisa juga langsung diguyurkan pada penderita gangguan jin, Insya Allah reaksinya keberhasilannya seketika………..




Dikir PAgi Sore

Sangat banyak ayat ataupun hadits yang menerangkan keutamaan berdzikir kepada Allah. Bahkan Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan dan menganjurkan kepada kita agar senantiasa berdzikir dan mengingat-Nya (lihat edisi 29/III tentang dzikir-dzikir setelah shalat wajib). Jangan sampai harta, anak-anak ataupun kegiatan duniawi melalaikan kita dari berdzikir kepada Allah.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (Al-Munaafiquun:9)


Di antara dzikir-dzikir yang disunnahkan untuk dibaca dan diamalkan adalah dzikir pagi dan sore. Dzikir pagi dilakukan setelah shalat shubuh sampai terbit matahari atau sampai matahari meninggi saat waktu dhuha, kira-kira jam tujuh atau jam delapan. Adapun dzikir sore dilakukan setelah shalat 'ashar sampai terbenam matahari atau sampai menjelang waktu 'isya.

Banyak sekali keutamaan dzikir pagi dan sore sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Adapun bacaannya dan penjelasan tentang keutamaannya adalah sebagai berikut:

1. Membaca:

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مَنْ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. Dari Anas yang dia memarfu'kannya (sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam), "Sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah setelah shalat shubuh sampai terbitnya matahari lebih aku sukai daripada membebaskan/memerdekakan empat orang dari keturunan Nabi Isma'il (bangsa 'Arab). Dan sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah setelah shalat 'ashar sampai terbenamnya matahari lebih aku sukai daripada membebaskan empat orang (budak)." (HR. Abu Dawud no.3667 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahih Abu Dawud 2/698)

2. Membaca ayat kursi (Al-Baqarah:255)
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. "Barangsiapa membacanya di pagi hari maka akan dilindungi dari (gangguan) jin sampai sore, dan barangsiapa yang membacanya di sore hari maka akan dilindungi dari gangguan mereka (jin)." (HR. Al-Hakim 1/562 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)

3. Membaca surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq dan An-Naas.
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. "Barangsiapa yang membacanya tiga kali ketika pagi dan ketika sore maka dia akan dicukupi dari segala sesuatu." (HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidziy 5/567, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/182)

4. Membaca:

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Jika sore hari membaca:

أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ ... رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا ...
Dibaca sekali. (HR. Muslim 4/2088 no.2723 dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu)

5. Membaca:

اللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ
Jika sore hari membaca:

اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
Dibaca sekali. (HR. At-Tirmidziy 5/466, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/142)

6. Membaca:

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. "Barangsiapa yang mengucapkannya dalam keadaan yakin dengannya ketika sore hari lalu meninggal di malam harinya, niscaya dia akan masuk surga. Dan demikian juga apabila di pagi hari." (HR. Al-Bukhariy 7/150)

7. Membaca:

اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud 4/324, Ahmad 5/42, An-Nasa`iy di dalam 'Amalul Yaum wal Lailah no.22 dan Ibnus Sunniy no.69, serta Al-Bukhariy di dalam Al-Adabul Mufrad dan dihasankan sanadnya oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz di dalam Tuhfatul Akhyaar hal.26)

8. Membaca:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنَّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِيْ دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ، وَآمِنْ رَوْعَاتِيْ، اللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ، وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, lihat Shahih Ibnu Majah 2/332)

9. Membaca:

اللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا، أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidziy, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/142)

10. Membaca:

بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. "Barangsiapa yang mengucapkannya tiga kali ketika pagi dan tiga kali ketika sore, tidak akan membahayakannya sesuatu apapun." (HR. Abu Dawud 4/323, At-Tirmidziy 5/465, Ibnu Majah dan Ahmad, lihat Shahih Ibnu Majah 2/332)

11. Membaca:

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. "Barangsiapa yang mengucapkannya tiga kali ketika pagi dan ketika sore maka ada hak atas Allah untuk meridhainya pada hari kiamat."
Boleh juga membaca:

... وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلاً
(HR. Ahmad 4/337, An-Nasa`iy di dalam 'Amalul Yaum wal Lailah no.4 dan Ibnus Sunniy no.68, Abu Dawud 4/418, At-Tirmidziy 5/465 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz di dalam Tuhfatul Akhyaar hal.39)
12. Membaca:


يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Al-Hakim dan beliau menshahihkannya serta disepakati oleh Adz-Dzahabiy 1/545, lihat Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)

13. Membaca:

أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ الإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Jika sore hari membaca:

أَمْسَيْنَا عَلَى فِطْرَةِ الإِسْلاَمِ ...
Dibaca sekali. (HR. Ahmad 3/406, 407, Ibnus Sunniy di dalam 'Amalul Yaum wal Lailah no.34, lihat Shahiihul Jaami' 4/209)

14. Membaca:

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
Dibaca 100x ketika pagi dan sore. "Barangsiapa yang membacanya seratus kali ketika pagi dan sore maka tidak ada seorang pun yang datang pada hari kiamat yang lebih utama daripada apa yang dia bawa kecuali seseorang yang membaca seperti apa yang dia baca atau yang lebih banyak lagi." (HR. Muslim 4/2071)

15. Membaca:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Dibaca 10x. (HR. An-Nasa`iy di dalam 'Amalul Yaum wal Lailah no.24, lihat Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/272)
Atau dibaca sekali ketika malas/sedang tidak bersemangat. (HR. Abu Dawud 4/319, Ibnu Majah, Ahmad 4/60, lihat Shahih Abu Dawud 3/957 dan Shahih Ibnu Majah 2/331)

16. Membaca:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Dibaca 100x ketika pagi. "Barangsiapa yang membacanya seratus kali dalam sehari maka (pahalanya) seperti membebaskan sepuluh budak, ditulis untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus kesalahan, dan dia akan mendapat perlindungan dari (godaan) syaithan pada hari itu sampai sore, dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada apa yang dia bawa kecuali seseorang yang mengamalkan lebih banyak dari itu." (HR. Al-Bukhariy 4/95 dan Muslim 4/2071)

17. Membaca:

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ: عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
Dibaca 3x ketika pagi. (HR. Muslim 4/2090)

18. Membaca:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Dibaca sekali ketika pagi. (HR. Ibnus Sunniy di dalam 'Amalul Yaum wal Lailah no.54, Ibnu Majah no.925 dan dihasankan sanadnya oleh 'Abdul Qadir dan Syu'aib Al-Arna`uth di dalam tahqiq Zaadul Ma'aad 2/375)

19. Membaca:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Dibaca 100x dalam sehari. (HR. Al-Bukhariy bersama Fathul Baari 11/101 dan Muslim 4/2075)

20. Membaca:

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
Dibaca 3x ketika sore. "Barangsiapa yang mengucapkannya ketika sore tiga kali maka tidak akan membahayakannya panasnya malam itu." (HR. Ahmad 2/290, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/187 dan Shahih Ibnu Majah 2/266)

21. Membaca:

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
Dibaca 10x ketika pagi dan sore. "Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku ketika pagi sepuluh kali dan ketika sore sepuluh kali maka dia akan mendapatkan syafa'atku pada hari kiamat." (HR. Ath-Thabraniy dengan dua sanad, salah satu sanadnya jayyid, lihat Majma'uz Zawaa`id 10/120 dan Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)

Inilah di antara dzikir-dzikir yang disunnahkan dibaca ketika pagi dan sore. Ada juga bacaan yang lainnya akan tetapi kebanyakan sanadnya dha'if sebagaimana yang dijelaskan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dan Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy. Walaupun tidak menutup kemungkinan sebagiannya ada yang shahih.
Lafazh-lafazh dzikir ini belum diterjemahkan mengingat terbatasnya tempat. Bagi yang ingin melihat terjemahan dan keterangannya bisa dilihat dalam "Perisai Seorang Muslim: Doa dan Dzikir dari Al-Qur`an dan As-Sunnah".

Keutamaan Shalat Isyraaq
Dengan membaca dzikir-dzikir tersebut kita bisa mengamalkan sunnah yang lainnya yaitu shalat isyraaq (shalat ketika telah terbitnya matahari sekitar 15-20 menit). Hal ini dijelaskan dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ فِيْ جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، كَانَتْ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
"Barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjama'ah kemudian dia berdzikir kepada Allah Ta'ala sampai terbitnya matahari lalu dia shalat dua raka'at, maka pahalanya seperti pahala berhaji dan 'umrah, sempurna, sempurna, sempurna." (HR. At-Tirmidziy no.591 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy di dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy no.480, Al-Misykat no.971 dan Shahih At-Targhiib no.468, lihat juga Shahih Kitab Al-Adzkaar 1/213 karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy)
Betapa besarnya keutamaan amalan tersebut! Selayaknya bagi kita untuk melaksanakannya semaksimal mungkin. Jangan sampai terlewat pahala yang begitu besar ini. Jangan sampai waktu kita terbuang untuk ngobrol kesana kemari yang sifatnya mubah sehingga hilanglah kesempatan mendapatkan pahala yang besar ini. Konsentrasikanlah setelah shalat shubuh dengan dzikir. Dzikir setelah shalat subuh dilanjutkan dengan dzikir pagi sampai selesai. Kemudian membaca Al-Qur`an atau muraja'ah hafalan sampai terbit matahari sekitar 15-20 menit. Setelah itu kita shalat dua raka'at yang diistilahkan dengan shalat isyraaq (jangan shalat ketika tepat matahari terbit, karena hal ini dilarang di dalam syari'at).
Janganlah waktu ini disibukkkan dengan urusan lain yang kurang penting. Kecuali amalan lain yang mempunyai keutamaan yang besar seperti ta'lim atau urusan lainnya yang sifatnya sangat urgen dan mendesak. Mudahan-mudahan kita mendapatkan pahala yang besar ini sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits tersebut. Aamiin. Wallaahu A'lam.

Maraaji': Hishnul Muslim karya Asy-Syaikh Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al-Qahthaniy, Shahih Kitab Al-Adzkar wa Dha'ifuhu, Syarh Riyadhush Shalihin bab Adz-Dzikr 'indash Shabah wal Masa`, dan Al-Kalimuth Thayyib karya Ibnu Taimiyah.

(http://fdawj.co.nr/) 


Oleh : Abdullah
"Sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah setelah shalat shubuh sampai terbitnya matahari lebih aku sukai daripada membebaskan /memerdekakan empat orang dari keturunan Nabi Isma'il (bangsa 'Arab). Dan sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah setelah shalat 'ashar sampai terbenamnya matahari lebih aku sukai daripada membebaskan empat orang (budak)." (HR. Abu Dawud no.3667 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahih Abu Dawud 2/698)
Banyak sekali dalil-dalil yang berkaitan tentang anjuran dan keutamaan dzikir di pagi hari dan pada petang.  Allah SWT dalam al-Quranul Kariim menganjurkan hamba-Nya agar senantiasa berdzikir kepada Allah SWT diwaktu pagi dan petang, diantaranya sebagai berikut;
:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42) 
"Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. 33:41) Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab: 42)

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ (55)
"Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Rabbmu pada waktu petang dan pagi. " (QS. Al-Mukmin: 55)
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

" Dan sebutlah nama Rabbmu pada (waktu) pagi dan petang.” (QS. Ad-Dahr: 25)

Rasulullah SAW, senantiasa berdzikir pada waktu pagi dan petang. Dzikir-dzikir yang Rasul SAW pada waktu pagi dan petang adalah sebagai berikut, termasuk keutamaan-keutamaannya:
1. Membaca surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq dan An-Naas.
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang membacanya tiga kali ketika pagi dan ketika sore maka dia akan dicukupi dari segala sesuatu.” (HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidziy 5/567, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/182)
2. Membaca ayat kursi (Al-Baqarah:255)
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. “Barangsiapa membacanya di pagi hari maka akan dilindungi dari (gangguan) jin sampai sore, dan barangsiapa yang membacanya di sore hari maka akan dilindungi dari gangguan mereka (jin).” (HR. Al-Hakim 1/562 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)
3. Membaca:

الْحَمْدُ أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ

أَ وَ ,وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ،

عُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Jika sore hari diganti:
ﺃﻤﺴﻴﻧﺎ ﻮ ﺃﻤﺴﻰ ﺍﻟﻤﻟﻙ ﻟﻟﻪ ... ﺮ ﺐﺃﺴﺄﻟﻙ ﺧﻴﺮ ﻤﺎ ﻔﻰ ﻫﺫﻩ ﺍﻟﻟﻴﻟﺔ ﻮﺧﻴﺮ ﻤﺎ ﺑﻌﺪﻫﺎ ﻮ ﺍﻋﻮﺬ ﺑﻚ ﻤﻦ ﺸﺮﻤﺎ ﻔﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻠﻴﻠﺔ ﻮﺸﺮﻤﺎﺑﻌﺪﻫﺎ...
Dibaca sekali. (HR. Muslim 4/2088 no.2723 dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
4. Membaca:

اللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ
Jika sore hari membaca:
اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
Dibaca sekali. (HR. At-Tirmidziy 5/466, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/142)
5. Membaca:

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ،  
أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِ عُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَ

إِلاَّ أَنْتَ الذُّنُوْبَ لاَ يَغْفِرُ لِيْ فَإِنَّهُ كَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ

Dibaca sekali ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang mengucapkannya dalam keadaan yakin dengannya ketika sore hari lalu meninggal di malam harinya, niscaya dia akan masuk surga. Dan demikian juga apabila di pagi hari.” (HR. Al-Bukhariy 7/150)
6. Membaca

اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ.

إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْقَبْرِ، لاَ بِ فْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَاوْذُ بِكَ مِنَ الْكُاللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُ

Dibaca 3x ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud 4/324, Ahmad 5/42, An-Nasa`iy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.22 dan Ibnus Sunniy no.69, serta Al-Bukhariy di dalam Al-Adabul Mufrad dan dihasankan sanadnya oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz di dalam Tuhfatul Akhyaar hal.26)
7. Membaca

إِنَّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ فِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَا

وْعَاتِيْ، وَآمِنْ افِيَةَ فِيْ دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْالْعَوَ

شِمَالِيْ، عَنْ وَ ،مِيْنِيْڍ وَعَنْ خَلْفِيْ، وَمِنْ ،يَ دَڍ بَيْنِ اللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ

غْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ أَنْ أُ مَتِكَظﺒﻌ أَعُوْ وَ،قِيْ وْوَمِنْ فَ

Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, lihat Shahih Ibnu Majah 2/332)
8. Membaca

اللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ

لاَّ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا، أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidziy, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/142)
9. Membaca

بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang mengucapkannya tiga kali ketika pagi dan tiga kali ketika sore, tidak akan membahayakannya sesuatu apapun.” (HR. Abu Dawud 4/323, At-Tirmidziy 5/465, Ibnu Majah dan Ahmad, lihat Shahih Ibnu Majah 2/332)
10. Membaca

مَ نَبِيًّارَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّ
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang mengucapkannya tiga kali ketika pagi dan ketika sore maka ada hak atas Allah untuk meridhainya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad 4/337, An-Nasa`iy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.4 dan Ibnus Sunniy no.68, Abu Dawud 4/418, At-Tirmidziy 5/465 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz di dalam Tuhfatul Akhyaar hal.39)
11. Membaca

كَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِ

Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Al-Hakim dan beliau menshahihkannya serta disepakati oleh Adz-Dzahabiy 1/545, lihat Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)
12. Membaca

أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ الإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Jika sore hari membaca:
أَمْسَيْنَا عَلَى فِطْرَةِ الإِسْلاَمِ …
Dibaca sekali. (HR. Ahmad 3/406, 407, Ibnus Sunniy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.34, lihat Shahiihul Jaami’ 4/209)
13. Membaca

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
Dibaca 100x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang membacanya seratus kali ketika pagi dan sore maka tidak ada seorang pun yang datang pada hari kiamat yang lebih utama daripada apa yang dia bawa kecuali seseorang yang membaca seperti apa yang dia baca atau yang lebih banyak lagi.” (HR. Muslim 4/2071)
14. Membaca:

لَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَ

Dibaca 10x. (HR. An-Nasa`iy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.24, lihat Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/272)
Atau dibaca sekali ketika malas/sedang tidak bersemangat. (HR. Abu Dawud 4/319, Ibnu Majah, Ahmad 4/60, lihat Shahih Abu Dawud 3/957 dan Shahih Ibnu Majah 2/331)
Atau dibaca 100x ketika pagi. “Barangsiapa yang membacanya seratus kali dalam sehari maka (pahalanya) seperti membebaskan sepuluh budak, ditulis untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus kesalahan, dan dia akan mendapat perlindungan dari (godaan) syaithan pada hari itu sampai sore, dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada apa yang dia bawa kecuali seseorang yang mengamalkan lebih banyak dari itu.” (HR. Al-Bukhariy 4/95 dan Muslim 4/2071)
15. Membaca

عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ:حَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِﺴﺒ

Dibaca 3x ketika pagi. (HR. Muslim 4/2090)
16. Membaca:

وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا،

Dibaca sekali ketika pagi. (HR. Ibnus Sunniy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.54, Ibnu Majah no.925 dan dihasankan sanadnya oleh ‘Abdul Qadir dan Syu’aib Al-Arna`uth di dalam tahqiq Zaadul Ma’aad 2/375)
17. Membaca:

اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ أَسْتَغْفِرُ
Dibaca 100x dalam sehari. (HR. Al-Bukhariy bersama Fathul Baari 11/101 dan Muslim 4/2075)
18. Membaca:

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
Dibaca 3x ketika sore. “Barangsiapa yang mengucapkannya ketika sore tiga kali maka tidak akan membahayakannya panasnya malam itu.” (HR. Ahmad 2/290, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/187 dan Shahih Ibnu Majah 2/266)
19. Membaca:

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
Dibaca 10x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku ketika pagi sepuluh kali dan ketika sore sepuluh kali maka dia akan mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat.” (HR Ath-Thabraniy dengan dua sanad, salah satu sanadnya jayyid, lihat Majma’uz Zawaa`id 10/120 dan Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273).
Selain itu Rasulullah SAW bersabda;
"Barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjama'ah kemudian dia berdzikir kepada Allah Ta'ala sampai terbitnya matahari lalu dia shalat dua raka'at, maka pahalanya seperti pahala berhaji dan 'umrah, sempurna, sempurna, sempurna." (HR. At-Tirmidziy no.591 dan dihasankan oleh Asy- Syaikh Al-Albaniy di dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy no.480, Al-Misykat no.971 dan Shahih At- Targhiib no.468, lihat juga Shahih Kitab Al-Adzkaar 1/213 karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy)
Demikian keutamaan yang terdapat pada dzikir pagi dan petang. Rasulullah SAW senantiasa melaksanakan dzikir pagi dan petang sebagaimana yang telah digambarkan oleh Simak bin Harb yang ditanya oleh Jabir bin Samurah
"Apakah engkau sering menemani Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam duduk?"
Jabir menjawab,
"Iya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam biasanya tidak beranjak dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari terbit, beliau shallallahu alaihi wa sallam berdiri (meninggalkan tempat shalat). Dulu para sahabat biasa berbincang-bincang (guyon) mengenai perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sedangkan beliau shallallahu alaihi wa sallam hanya tersenyum saja." (HR. Muslim no. 670)
An Nawawi mengatakan, "Dalam hadits ini terdapat anjuran berdzikir setelah shubuh dan mengontinukan duduk di tempat shalat jika tidak memiliki udzur (halangan).
Al Qadhi mengatakan bahwa inilah sunnah yang biasa dilakukan oleh salaf dan para ulama. Mereka biasa memanfaatkan waktu tersebut untuk berdzikir dan berdoa hingga terbit matahari." (Syarh An Nawawi ala Muslim, 8/29, Maktabah Syamilah)
Para Ulama tidak menafikan keutamaan-keutamaan dzikir petang dan utamanya pada pagi hari setelah shalat subuh berjamaah. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Rajab rahimahumullah:
Ibnu Rajab rahimahullahu berkata:
 Maka tiga waktu ini, 2 waktu di antaranya yaitu awal siang dan akhir siang, telah berkumpul dalam masing-masing dari 2 waktu ini amalan wajib dan amalan sunnah. Amalan wajib yaitu shalat shubuh dan shalat ashar, keduanya adalah 2 shalat lima waktu yang paling afdhal, dinamakan Al-Bardaan yang mana barangsiapa menjaga keduanya maka akan masuk surga, masing-masing dari keduanya ada yang berpendapat bahwa dia adalah shalat Al-Wusthaa Adapun amalan sunnah maka yang dimaksud adalah dzikrullah setelah shubuh sampai matahari terbit, dan setelah ashar sampai tenggelam matahari, dalil-dalil tentang keutamaannya banyak, demikian pula dalil-dalil tentang dzikir pagi dan sore, dan keutamaan dzikir di waktu pagi dan sore" (Al-Mahajjah fii Sair Ad-Duljah hal: 61-62)
Shalafushshaleh dan Ulama pun senantiasa melaksanakan dzikir pagi kemudian dilanjutkan shalat setelah matahari terbit, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, seperti;
Kebiasan Ibnu Mas’ud r.a di pagi hari

Dari Abu Waa'il Syaqiiq bin Salamah Al-Asady rahimahullahu beliau berkata:
"Suatu hari setelah menunaikan shalat shubuh kami berangkat menuju rumah Abdullah bin Mas'ud, setelah sampai kami mengucap salam di depan pintu dan kamipun diizinkan masuk. Akan tetapi kami menahan diri di depan pintu sesaat sehingga keluar seorang budak wanita seraya berkata: Kenapa kalian tidak segera masuk? Maka kamipun masuk dan kami meihat beliau (Abdullah bin Mas'ud) sedang duduk bertasbih, beliau bertanya: Apa yang mencegah kalian masuk padahal sudah diizinkan bagi kalian? Kamipun menjawab: Tidak apa-apa, kami hanya menyangka bahwa ada sebagian anggota keluarga yang tidur. Beliau berkata: Apakah kalian menyangka keluarga Ibnu Ummi 'Abd lalai !?
Beliaupun melanjutkan bertasbih sampai menyangka bahwa matahari telah terbit, kemudian beliau berkata: Wahai budak wanita, lihatlah apakah matahari telah terbit? Maka budak wanita tersebut melihat akan tetapi matahari ternyata belum terbit. Kemudian beliau melanjutkan bertasbih, sampai menyangka bahwa matahari telah terbit, kemudian beliau berkata: Wahai budak wanita, lihatlah apakah matahari telah terbit? Maka budak wanita tersebut melihat dan ternyata matahari telah terbit. Beliau kemudian berkata: Segala puji bagi Allah yang telah memaafkan kita dan tidak mengadzab kita dengan dosa-dosa kita. " (Dikeluarkan oleh Imam Muslim di dalam Kitab Shahih beliau)
Makanan Syeikh Ibnu Taimiyyah

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah:
"Suatu saat aku menghadiri Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah shalat shubuh, kemudian setelah itu beliau duduk berdzikir kepada Allah ta'aalaa sampai mendekati pertengahan siang, kemudian beliau berpaling kepadaku dan berkata: Ini adalah makananku, seandainya aku tidak memakannya maka hilang kekuatanku, atau ucapan yang semakna dengan ucapan ini" (Al-Waabil Ash-Shayyib min Al-Kalim Ath-Thayyib hal:42) 
Semoga kita senantiasa berdzikir kepada Allah dan tidak melewatkan dzikir di pagi dan petang hari. Amiin. Wallahu’alam     
Dari Anas bin Malik رضي الله عنه ia berkata: “Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
لَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَعَالَى مِنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتِقَ أَرْبَعَةً مِنْ وَلَدِ إِسْمَعِيلَ وَلَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ مِنْ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مَنْ أَنْ أَعْتِقَ أَرْبَعَةً
‘Aku duduk bersama orang-orang yang berdzikir kepada Allah dari mulai shalat Shubuh sampai terbit matahari lebih aku sukai dari memerdekakan empat orang budak dari anak Isma’il. Dan aku duduk bersama orang-orang yang berdzikir kepada Allah dari mulai shalat ‘Ashar sampai terbenam matahari lebih aku cintai dari memerdekakan empat orang budak.’” (HR. Abu Dawud no. 3667, lihat Shahiih Abi Dawud 11/698 no. 3114 – Misykaatul Mashaabiih no. 970, hasan).
Imam Ibnu Qayyim رحمه الله berkata: “Waktunya antara Shubuh hingga terbit matahari, dan antara ‘Ashar hingga terbenam matahari.”
Demikianlah keutamaan dan waktu dzikir Pagi dan Petang, sebagai seorang muslim hendaknya tidak melupakan dzikir ini dalam setiap harinya di hari-hari yang pendek (dunia) untuk bekal pada hari-hari yang panjang tak berujung (akhirat).