Selasa, 21 Februari 2012

Penyubur Iman


menyuburkan iman ^_^

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat

02. Sabar apabila mendapat kesulitan

03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program

04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan

05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan

06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan

07.
Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan

08. Jangan usil dengan kekayaan orang

09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang

10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan

11. Jangan tamak kepada harta

12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan

13. Jangan hancur karena kezaliman

14. Jangan goyah karena fitnah

15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.

16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram

17. Jangan sakiti ayah dan ibu

18. Jangan usir orang yang meminta-minta

19. Jangan sakiti anak yatim

20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar

21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil

22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid)

23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu

24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid

25. Biasakan shalat malam

26. Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah

27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat

28. Sayangi dan santuni fakir miskin

29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah

30. Jangan marah berlebih-lebihan

31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan

32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah

33. Berlatihlah konsentrasi pikiran

34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi

35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan

36. Jangan percaya ramalan manusia

37. Jangan terlampau takut miskin

38. Hormatilah setiap orang; 39. Jangan terlampau takut kepada manusia

40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala

41. Berlakulah adil dalam segala urusan

42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah

44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran

45. Perbanyak silaturrahim

46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam

47. Bicaralah secukupnya

48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya

49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu

50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur

51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin

52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga

53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan

54. Hormatilah kepada guru dan ulama

55. Sering-sering bershalawat kepada nab

56. Cintai keluarga Nabi saw

57. Jangan terlalu banyak hutang

58. Jangan terlampau mudah berjanji

59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara

60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna

61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh

62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar

63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu

64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita

65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi

66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya

67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita

68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan

69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.

70. Jangan melukai hati orang lain; 71. Jangan membiasakan berkata dusta

72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian

73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab

74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan

75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita

76. Jangan membuka aib orang lain

77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita

78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana

79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan

80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya

81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara

82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain

83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara

84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa

85. Hargai prestasi dan pemberian orang

86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan

87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.

88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita

89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu

90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana

91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita

92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina

93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya

94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban

95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan

96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri

97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan

98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan

99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang =====



"Sebarkanlah walau satu ayat pun" (Sabda Rasulullah SAW) "Nescaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."
(Surah Al-Ahzab:71)
C. Faktor-faktor yang memudahkan Rizqi
1. Rajin bersedekah
2. Membiasakan bangun tidur di pagi hari atau Subuh
3. Menulis dengan tulisan yang bagus
4. Bermuka ( raut wajah ) yang manis atau menyenangkan orang
5. Berbicara baik dan menarik
6. menyapu halaman dan mencuci tempat atau wadah sehabis digunakan
7. Mengerjakan Sholat 5 Waktu secara berjama’ah
8. Mengerjakan Sholat Dluha
9. Membiasakan Membaca Surat Waqi’ah
10. Membiasakan Membaca Surat Al Mulk
11. Membiasakan Membaca Surat Al Muzammil
12. Membiasakan Membaca Surat Al Insyiroh
13. Membiasakan Membaca Surat Wallaili Idza Yaghsya
14. Membiasakan datang ke Masjid sebelum Adzan
15. Membiasakan bersuci ( selalu dalam keadaan Wudlu )
16. Mengerjakan Sholat Fajar dan Sholat Witir
17. Tidak membicarakan urusan keduniaan sesudah sholat Witir
18. Meninggalkan omong kosong yang tidak berfaidah bagi agama dan dunia
19. Menjauhi duduk-duduk dengan Wanita yang tidak muhrimnya
20. Membiasakan tiap bakda subuh ( pagi ) membaca Tasbih :
سبحان الله العظيم سبحان الله وبحمده استغرالله واتوب اليه
21. Membiasakan tiap bakda subuh ( pagi ) membaca :
لااله الاّالله الملك الحقّ المبين × 100
22. Membiasakan setiap Ba’da Subuh dan Maghrib membaca :
الحمد لله وسبحان الله ولا اله الاّ الله × 33
23. Membiasakan Setiap Ba’da Subuh membaca Istighfar ini :
استغفر الله العظيم من كلّ ذنب عظيم × 70
24. Memperbanyak membaca Khauqolah
لاحول ولاقوّة الاّ بالله العليّ العظيم
25. Memperbanyak membaca Sholawat atas Nabi SAW
26. Membaca do’a dibawah ini setipa selesai sholat Jumu’ah sebanyak 70 kali
اللهمّ اغنني بحلالك عن حرامك وكفني بفضلك عمّن سواك
Artinya : “ Ya Allah…berilah aku kekayan, dengan kehalalan-Mu, jauh dari keharaman-Mu, dan cukupilah aku dengan karunia-Mu dari orang selain engkau. “
27. Membaca kalimah-kalimah Tasna’ ( sanjungan ) atau Asma’ul Husna dan Sholawat atas Nabi SAW
Kata Imam Abil Hasan As Syadzili ; apabila engkau kesulitan masalah rizqimu perbanyaklah membaca surat al falaq
Kata Mbah Hamid Bin Abdulloh Bin Umar Pasuruan : Sholat Jama’ah Subuh adalah kunci mudah rizqi. Bahkan beliau sampai berkata, kalau engkau dapat istiqomah mengerjakannya, kok tidak di beri cukup oleh Alloh SWT, caci makilah aku.
Kunci Rizqi lagi adalah : Bertaqwa kepada Alloh,.dan berbaktilah kepada orang tua Pasti Alloh akan mencukupi rizqimu
Kata Mbah Basir Jekulo Kudus ; perbanyaklah membaca Sholawat Dalailul Khoirot. & Sebelum shubuh bangun, kerjakanlah sholat-sholat sunnah
Berbaik Sangka kepada Allah

Setiap masalah ataupun cobaan yang dihadapi dalam kehidupan ini harus disikapi dengan cara yang benar. Allah SWT memberikan cobaan berupa ketakutan dan kelaparan agar seorang mukmin lebih mensyukuri nikmat Allah saat ia dikaruniai nikmat. Oleh sebab itu, musibah ataupun cobaan yang diberikan harusnya menjadi pengingat bagi kita agar kita lebih banyak memohon ampun dan bersyukur akan apa yang telah Allah berikan selama ini.

Kita tidak boleh berprasangka buruk kepada Allah SWT akan musibah ataupun cobaan yang diberikanNya. Malah sudah sepantasnya kita lebih banyak berdzikir dan berdo'a semoga kita diberikan kesabaran dan kemudahan sesudahnya seperti yang telah Allah janjikan dalam Al Quran,

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Alam Nasyrah : 5-6)

Bersabar

Sabar adalah menahan diri dalam menghadapi suatu masalah dan membawanya ke arah yang sesuai dengan syara' serta menghindarkan diri dari hal-hal yang diharamkan. Musibah ataupun masalah yang diberikan akan menghapuskan sebagian dari dosa yang telah dilakukan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw,

"Tidak ada musibah yang menimpa, seperti keletihan, kelesuan, sakit, duka, susah, gangguan sekedar tusukan duri sekalipun, melainkan dihapuskan Allah sebagian dari dosa-dosanya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kesabaran terhadap musibah ini ternyata membuahkan hasil yakni kemudahan dalam menghadapi hisab di hari akhir.

Banyak Bersyukur kepada Allah

Memperbanyak bersyukur adalah suatu cara untuk memperkuat keimanan. Begitu banyaknya karunia dan nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita hambaNya. Maka sudah seharusnya kita bersyukur kepada Allah.

Tiap manusia diberikan kelebihan dan kekurangan pada diri masing-masing. Terutama bagi seorang mukmin sepantasnya bersyukur karena Allah SWT masih memberikan hidayahNya hingga keimanan tetap melekat di hati. Tidak jarang seseorang hingga akhir hayatnya masih dalam keadaan kufur dan ingkar, serta ada juga yang mengakhiri hidupnya dalam keadaan sesat dan maksiat. Hal ini menunjukkan Allah SWT masih memberikan kasih sayangNya bagi orang-orang yang beriman.








Dunia adalah perhiasan. Didalamnya penuh kemewahan, yang menjadikan manusia tertarik kepadanya. Namun, sebagai seorang Muslim, kita harus segera menyadari bahwa dunia yang penuh dengan kemewahan itu hanyalah tempat beristirahat atau terminal untuk melepaskan kelelahan. Dari sana, kita harus melanjutkan kembali perjalanan hidup kita yang masih jauh sampai nanti kita tiba pada satu tujuan yang sebenarnya. “…Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik- baik bekal adalah takwa….” (al-Baqarah: 197)



















Setiap manusia tidak bisa menjalani kehidupan yang baik atau mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan peradaban manusia, tanpa memiliki keimanan atau keyakinan. Sebab, manusia yang tidak memiliki keimanan akan menjadi manusia yang sepenuhnya hanya memen tingkan diri sendiri, ragu-ragu, goyah, dan tidak mengetahui tugas serta kewajibannya sebagai hamba dalam kehidupan ini.
Itulah sebabnya, keimanan menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi seorang Muslim. Karenanya, ia menjadi modal utama agar dapat menjalani kehidupan yang lurus, seperti yang telah ditunjukkan oleh Allah SWT.
“Iman itu ialah engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada rasul-rasul-Nya, kepada hari akhir, dan engkau beriman kepada qadha dan qadar, yang baik dan yang buruk.” (HR Bukhari dan Muslim)
Iman bukanlah sekadar percaya dan membenarkan saja. Kepercayaan dan pembenaran memerlukan pembuktian yang menunjukkan sah atau tidaknya iman tersebut. Karena itu, iman yang sekadar melekat di hati bukanlah iman yang sempurna. Sebab, iman berarti juga pengungkapan dengan lisan dan pembuktian dengan amal perbuatan. Dengan demikian, terdapat tiga unsur keimanan yang mesti ada, yaitu:
1. Membenarkan dengan hati;
2. Mengucapkan dengan lisan; dan
3. Membuktikan dalam amal perbuatan nyata.

Iman yang tidak meliputi ketiga unsur di atas tidak dapat diterima oleh Allah SWT. Bahkan, seseorang bisa disebut munafik atau kafir jika salah satu unsur tersebut tidak dimiliki, atau bahkan tidak satu pun yang ada dalam dirinya.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa tiang pokok dari iman itu adalah membenarkan keberadaan Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan ketentuan baik atau buruk yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia. Seorang Mukmin adalah yang meyakini semua informasi, petunjuk, dan bimbingan Allah dan Rasul-Nya, kemudian ia melaksanakannya dengan berdasar atas iman dan penghambaan kepada Allah SWT. Semua hal yang diperbuat diperhitungkan dengan nilai ukhrawi yang pasti, dan tidak akan meleset.
“Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orangorang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (al-Ankabut: 2-3)
Ketika Allah menguji manusia, baik berupa kesenangan ataupun kesusahan, saat itu pula akan terlihat mana yang benar-benar emas dan siapa yang loyang; siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang munafik. Ujian Allah itu sesungguhnya berbanding lurus dengan tingkat keimanan seseorang. Makin tinggi keimanan seseorang, maka akan semakin tinggi pula berat cobaan yang akan dihadapi orang tersebut.
Jadi, janganlah merasa tidak disayangi Allah bila kita ditimpa musibah, tetapi sebaliknya rasakanlah bahwa Allah senantiasa dekat dan sayang kepada kita sehingga senantiasa mengingatkan kita dengan musibah tersebut. Itulah sebabnya, seorang mukmin menganggap seluruh hidupnya adalah ujian. Mereka berhati-hati dalam mengerjakan setiap soal dalam kehidupannya. Ia selalu berpedoman pada petunjuk Allah dan Rasul-Nya agar tidak menyalahi kehendak Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, kita hendaknya senantiasa mengontrol kadar keimanan kita, agar ia terus naik sehingga kita dapat mencapai derajat taqwa.
Untuk itu, ada beberapa faktor yang dapat memperkuat keimanan kita, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Memurnikan ibadah hanya kepadaAllah SWT.
Maksudnya adalah memberikan hak uluhiyah secara sempurna, berupa pengagungan, cinta, dan ketundukan secara mutlak. Untuk itu, ada tiga hal yang dapat dilakukan, yaitu:

a. Tidak mencari Tuhan lain untuk diagungkan sebagaimana ia mengagungkan Allah.
”Katakanlah, apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu….” (al-An’am: 164)
Jadi, segala sesuatu yang oleh manusia dijadikan Tuhan harus digugurkan atau dihilangkan.
b. Tidak menjadikan selain Allah sebagai wali, sebagaimana Allah berfirman,
“Katakanlah, ‘Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama sekali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.’” (al-An’am: 14)
Konsekuensi tauhid menuntut seseorang untuk memurnikan cintanya kepada Allah dan tidak menjadikan pesaing yang ia cintai sebagaimana cintanya kepada Allah, sebab wilayah (cinta kasih, pelindung, dan loyalitas) hanyalah untuk Allah.
“Atau patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung selain Allah? Maka Allah, Dialah pelindung (yang sebenarnya) dan Dia menghidupkan orang-orang yang mati, dan Dia adalah Maha kuasa atas segala sesuatu.” (asy-Syura: 9)
c.Tidak mencari hakim selain kepada orangorang yang menaati hukum dan ketentuan Allah, sebagaimana ia taat kepada-Nya.
“Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka, janganlah kamu sekalikali termasuk orang yang ragu-ragu.” (al-An’am: 114)
Sebab itu, hak untuk menghukumi dan membuat perundang-undangan bagi hamba-Nya dalam urusan agama dan dunia mereka hanyalah Allah SWT semata.
d. Berlepas diri dari orang-orang yang menyembah atau memberikan loyalitasnya kepada thagut (orang yang melampaui batas).
Berlepas diri dari thagut dan menyatakan diri beriman hanya kepada Allah SWT dapat menjadi barometer bertambahnya keimanan, sebagaimana ia telah berpegang teguh kepada tali agama Allah dengan kuat (al-Baqarah: 256). Hal ini juga yang akan membedakan seorang mukmin dengan orang yang sekadar menyatakan beriman, sedangkan keimanannya tidak terealisasi dalam bentuk pengingkaran terhadap segala macam bentuk kebatilan dan berlepas diri dari penganutnya.

e. Menghindari kemusyrikan dan berhati-hati darinya.
Mulai dari bentuk musyrik yang besar hingga bentuk musyrik yang kecil, yang tidak tampak di depan mata. Ia senantiasa membebaskan diri dari segala hal yang berbau syirik, dan pada saat yang sama mewaspadai jendela dan pintu-pintunya. Itulah sebabnya, Al-Qur’an memvonis Ahli Kitab dengan menamakan mereka sebagai musyrikin oleh karena mereka memberikan hak pembuatan syariat kepada pendeta dan rahib, lalu mereka menaati apa yang dihalalkan atau haramkan. Al-Qur’an menyejajarkan hal ini dengan penyembahan mereka terhadap al-Masih bin Maryam.

f.Meningkatkan ruhiyah.
Iman itu senantiasa bergerak naik dan turun. Seorang hamba, dalam melaksanakan tugasnya kepada Allah, juga pasti mengalami fluktuasi iman tersebut. Saat kei-manannya menurun, tentu saja berdampak terhadap aktivitas ibadahnya, seperti malas. Saat inilah seorang Muslim dituntut untuk senantiasa memperbaiki, dan meningkatkan kualitas ruhiyahnya. Jangan pernah ada kata malas dalam meningkatkan ruhiyah. Kemudian, ia mengupayakan membaca Al-Qur’an setiap saat dan berusaha men-tadabbur-inya, meningkatkan ibadahibadah sunnahnya, terutama shalat malam, dalam rangka mendapatkan energi yang lebih besar dari Allah melalui komunikasi dengannya di malam hari.
8. Kesehatan fisik.
Faktor yang terakhir ini juga tidak kalah pentingnya dalam menambah kekuatan iman oleh sebab dengan badan yang sehat, maka seorang hamba akan mampu melakukan aktivitas ibadahnya dengan baik pula. Ibadah akan terasa nikmat kalau fisiknya sehat dan kuat. Bila kondisi tubuh menurun, apalagi sakit, acapkali pelaksanaan ibadah mengalami “ketidaksempurnaan”. Bila ini terjadi terus- menerus, pastilah akan mempengaruhi amal ibadahnya dan selanjutnya berimbas kepada keimanannya.
Seorang Muslim sejati hendaknya menyadari pentingnya keimanan yang kuat pada dirinya, dan meneguhkan pendiriannya agar tetap pada aqidah yang benar sehingga apabila ia hidup pada lingkungan masyarakat sekitarnya, ia laksana gunung yang tinggi yang tidak mudah goyah oleh ombak dan gelombang yang besar sekalipun. Yakinlah bahwa pendirian dan iman yang kuat itu akan mengantarkan kepada kemampuan untuk memelihara amanah Allah.
“Abdullah bin Abas berkata, ‘Pada suatu hari aku berada di belakang Nabi Muhammad saw., lalu beliau bersabda, ‘Wahai pemuda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat sebagai berikut. Peliharalah perintah Allah, maka Allah akan memeliharamu, dan peliharalah larangan Allah, niscaya engkau dapati Allah selalu dihadapanmu. Apabila kamu meminta, mintalah kepada Allah dan apabila kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan Allah.’” (HR Turmudzi).
Wallahu a’lam bish-shawab.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya iman itu dijadikan di dalam diri sesorang diantara kamu sebagaimana pakaian, maka mohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui” (HR Al- Thabrani). Maksudnya iman itu dapat menjadi usang dalam hati seperti halnya pakaian yang dapat menjadi usang bila lama dipakai.

Hal-hal yang menguatkan Iman

1. Menuntut ilmu, yaitu ilmu yang menyebabkan bertambahnya pengetahuan dan keyakinan tentang iman [35:28].
2. Menyimak/ mentadaburkan Al-Qur'an [17:282]
3. Dzikir dan Fikir
Dzikir adalah mengingat Allah berserta sifat-sifatNya, hal-hal yang menyangkut keagunganNya dan membaca kalimahNya [33:41, 8:4] Fikir adalah aktivitas yang mengacu kepada renungan terhadap ciptaan Allah, ayat-ayatNya dan mukjizatNya [l3:190-191]
4. Mengikuti dan komitmen terhadap halaqoh zikir. “Tidaklah segolongan orang duduk seraya menyebut Allah melainkan para malaikat mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka, ketentraman nati turun kepada mereka dan Allah menyebut mereka termasuk dalam golongan yang berada di sisiNya”. (HR Muslim)
5. Memperbanyak amal shalih, yang harus diperhatikan :
a. Sesegera mungkin melaksanakan ama1-amal sholih [3:33, 57:21, 22:90] dan hadits: “Pelan-pelan (berhati-hati) dalam segala sesuatu adalah baik kecuali di dalam amal akhirat”. (HR Abu Daud)
b. Melakukannya secara terus-menerus. “Alah menyukai amalan yang walaupun sedikit, tapi dikerjakan secara terus-menerus.” (HR.Bukhori)
c. Tidak merasa bosan. Maksudnya kerjakanlah ibadah sesuai dengan kemampuan. “Sesungguhnya agama itu adalah mudah, dan tidaklah agama itu dikeraskan oleh seseorang melainkan justru ia akan dikalahkan. Maka berbuatlah yang lurus dan sederhana.” (Hadits Riwayat Bukhari)
d. Mengulang amalan yang tertinggal dan terlupakan.
Barangsiapa yang tertidur hingga ketinggalan bacaan wiridnya dari sebagian malam atau dari sebagian bacaan wirid, lalu dia membacanya lagi antara sholat Shubuh dan shalat Zuhur, maka ditetapkan baginya seakanlah dia membacanya pada malam itu juga.” (HR. An-Nasa' i)
e. Berharap amalnya diterima Allah swt dan merasa cemas jika amalannya tidak dilerima Allah SWT.
6. Melakukan berbagai macam ibadah. "Barangsiapa yang menafkahi dua istri di jalan Allah, maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu sorga ‘Wahal hamba Allah, ini adalah baik. Lalu barangsiapa yang menjadi orang yang banyak mendirikan sholat, maka ia dipanggil dari pintu sholat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad, maka ia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi orang yang banyak melakukan shoum, maka ia dipanggil dari pintu ar-Rayyan, Barangsiapa menjadi orang yang banyak megeluarkan shodaqoh, maka dia dipanggil dari pintu shodaqoh.” (HR Bukhori) "Berbakti kepada orangtua adalah pertengahan dari pintu-pintu sorga." (HR at- Tirmidzi)
7. Dzikrul maut. “Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu kematian.” (HR at-Tirmidzi) "Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah, sekarang ziarahilah kubur karena hal itu dapat melunakkan hati, membuat mata menangis, mengingatkan hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor. “ (HR Al- hakim)
8. Mengingat akhirat, yaitu mengingat nikmatnya sorga dan keras pedihnya neraka [lihat QS. 56, 75, dan 78].
9. Bermunajat kepada Allah dan pasrah kepadanya. Maksudnya: memohon kepada Allah dengan ketundukan dan kepasrahan yang sedalam-dalamnya.
10. Tidak berangan-angan secara muluk-muluk [26:205-207, 10:45].
11. Memikirkan kehinaan dunia [3:185]. Hadits: "Dunia ini terlaknat, dan terlaknat pula apa yang ada di dalanmya kecuali dzikruIlah dan apa yang membantunya, atau orang yang berilmu atau orang yang mencari ilmu.” (HR Ibnu Majah)
12. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah [22:30,32].
13. Al-wala wal baro, artinya saling tolong menolong dan loyal kepada sesama muslim dan memusuhi orang-orang kafir [5:2].
14. Tawadhu (rendah hati). "Barang siapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal ia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga ia diberi kebebasan memilih diantara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya (HR At- Tirmidzi)
15. Muhasabah diri [59:18]
16. Do'a. [2:186].
Hati. Benda ini sering kita lambangkan dengan love. Padahal sebenarnya bentuk love sendiri lebih mirip dengan jantung. Karena hati bentuknya tidak beraturan. Itu yang saya tau dari dunia kedokteran ;-). Kalau gak percaya liat aja hati ayam yang sering kita makan. Bentuknya tak beratur dan overlap. Beda dengan jantung, lebih mirip love.
Meskipun bentuknya tak berbentuk, hati memiliki peran penting bagi baik buruknya seseorang. Rasulullah Saw bersabda “Dalam dirimu ada suatu benda yang apabila benda itu baik, maka baiklah seluruh jasad dan apabila benda itu buruk, buruklah seluruh jasad. Itulah hati
Dalam hati, iman tumbuh dan berkembang. Iman bersamayam di dalamnya. Kadang iman bertambah, kadang pula berkurang. Bergantung pada tempat tumbuhnya, yakni hati. Hati sendiri sangat rentan berubah-ubah. Sesuai dengan namanya –dalam Bahasa Arab qalbun, selalu berubah-ubah (at-taqallub) dengan cepat.
Rasulullah saw. berkata, “Dinamakan hati karena perubahannya. Sesungguhnya hati itu ialah laksana bulu yang menempel di pangkal pohon yang diubah oleh hembusan angin secara terbalik” (Ahmad dalam Shahihul Jami’ no. 2365)
Bayangkan, hati laksana bulu di pangkal pohon yang dihembus angin. Bulu yang lembut menempel di puncak dengan angin semilir pun ia akan terbang. Melayang mengikuti hembusan angin. Oleh karena kitu, agar hati kita baik, kirimlah hembusan angin yang menyejukkan. Yang membawa hati kita pada keimanan yang bertambah.
Dalam kesempatan ini, saya ingin memposting 20 cara agar hati kita mampu menumbuhkan iman yang kuat, mampu menghadirkan kesejukan, kenyamanan dan kepasrahan pada Sang Pembolak-balik Hati, Allah Swt. Kiat ini saya ambil dari www.dakwatuna.com tulisannya Ustdz Muhammad Bugi Semoga bermanfaat.
Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘ala diinik
1. Perbanyaklah menyimak ayat-ayat Al-Quran
Al-Qur’an diturunkan Allah sebagai cahaya dan petunjuk, juga sebagai obat bagi hati manusia. “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra’: 82).
Kata Ibnu Qayyim, yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim untuk menyembuhkan hatinya melalui Al-Quran, “Caranya ada dua macam: pertama, engkau harus mengalihkan hatimu dari dunia, lalu engkau harus menempatkannya di akhirat. Kedua, sesudah itu engkau harus menghadapkan semua hatimu kepada pengertian-pengertian Al-Qur’an, memikirkan dan memahami apa yang dimaksud dan mengapa ia diturunkan. Engkau harus mengamati semua ayat-ayat-Nya. Jika suatu ayat diturunkan untuk mengobati hati, maka dengan izin Allah hati itu pun akan sembuh.”
2. Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Qur’an dan Sunnah
Al-Qur’an dan Sunnah banyak sekali mengungkap keagungan Allah swt. Seorang muslim yang ketika dihadapkan dengan keagungan Allah, hatinya akan bergetar dan jiwanya akan tunduk. Kekhusukan akan hadir mengisi relung-relung hatinya.
Resapi betapa agungnya Allah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, yang memiliki nama-nama yang baik (asma’ul husna). Dialah Al-’Azhim, Al-Muhaimin, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Qawiyyu, Al-Qahhar, Al-Kabiir, Al-Muth’ali. Dia yang menciptakan segala sesuatu dan hanya kepada-Nya lah kita kembali.
Jangan sampai kita termasuk orang yang disebut ayat ini, “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi dan seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.” (Az-Zumar: 67)
3. Carilah ilmu syar’i
Sebab, Al-Qur’an berkata, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang-orang yang berilmu.” (Fathir: 28). Karenanya, dalamilah ilmu-ilmu yang mengantarkan kita pada rasa takut kepada Allah.
Allah berfirman, “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar: 9). Orang yang tahu tentang hakikat penciptaan manusia, tahu tentang syariat yang diturunkan Allah sebagai tata cara hidup manusia, dan tahu ke mana tujuan akhir hidup manusia, tentu akan lebih khusyuk hatinya dalam ibadah dan kuat imannya dalam aneka gelombang ujian ketimbang orang yang jahil.
Orang yang tahu tentang apa yang halal dan haram, tentu lebih bisa menjaga diri daripada orang yang tidak tahu. Orang yang tahu bagaiman dahsyatnya siksa neraka, tentu akan lebih khusyuk. Orang yang tidak tahu bagaimana nikmatnya surga, tentu tidak akan pernah punya rasa rindu untuk meraihnya.
4. Mengikutilah halaqah dzikir
Suatu hari Abu Bakar mengunjungi Hanzhalah. “Bagaimana keadaanmu, wahai Hanzhalah?” Hanzhalah menjawab, “Hanzhalah telah berbuat munafik.” Abu Bakar menanyakan apa sebabnya. Kata Hanzhalah, “Jika kami berada di sisi Rasulullah saw., beliau mengingatkan kami tentang neraka dan surga yang seakan-akan kami bisa melihat dengan mata kepala sendiri. Lalu setelah kami pergi dari sisi Rasulullah saw. kami pun disibukkan oleh urusan istri, anak-anak, dankehidupan, lalu kami pun banyak lupa.”
Lantas keduanya mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Kata Rasulullah, “Demi jiwaku yang ada di dalam genggaman-Nya, andaikata kamu sekalian tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam dzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas kasurmu dan tatkala kamu dalam perjalanan. Tetapi, wahai Hanzhalah, sa’atah, sa’atan, sa’atan.” (Shahih Muslim no. 2750)
Begitulah majelis dzikir. Bisa menambah bobot iman kita. Makanya para sahabat sangat bersemangat mengadakan pertemuan halaqah dzikir. “Duduklah besama kami untuk mengimani hari kiamat,” begitu ajak Muadz bin Jabal. Di halaqah itu, kita bisa melaksanakan hal-hal yang diwajibkan Allah kepada kita, membaca Al-Qur’an, membaca hadits, atau mengkaji ilmu pengetahuan lainnya.
5. Perbanyaklah amal shalih
Suatu ketika Rasulullah saw. bertanya, “Siapa di antara kalian yang berpuasa di hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah saw. bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah amal-amal itu menyatu dalam diri seseorang malainkan dia akan masuk surga.” (Muslim)
Begitulah seorang mukmin yang shaddiq (sejati), begitu antusias menggunakan setiap kesempatan untuk memperbanyak amal shalih. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan surga. “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” (Al-Hadid: 21)
Begitulah mereka. Sehingga keadaan mereka seperti yang digambarkan Allah swt., “Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan, pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Adz-Dzariyat: 17-19)
Banyak beramal shalih, akan menguatkan iman kita. Jika kita kontinu dengan amal-amal shalih, Allah akan mencintai kita. Dalam sebuah hadits qudsy, Rasulullah saw. menerangkan bahwa Allah berfirman, “Hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan mengerjakan nafilah sehingga Aku mencintainya.” (Shahih Bukhari no. 6137)
6. Lakukan berbagai macam ibadah
Ibadah memiliki banyak ragamnya. Ada ibadah fisik seperti puasa, ibadah materi seperti zakat, ibadah lisan seperti doa dan dzikir. Ada juga ibadah yang yang memadukan semuanya seperti haji. Semua ragam ibadah itu sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lemah iman kita.
Puasa membuat kita khusyu’ dan mempertebal rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah). Shalat rawatib dapat menyempurnakan amal-amal wajib kita kurang sempurna kualitasnya. Berinfak mengikis sifat bakhil dan penyakit hubbud-dunya. Tahajjud menambah kekuatan.
Banyak melakukan berbagai macam ibadah bukan hanya membuat baju iman kita makin baru dan cemerlang, tapi juga menyediakan bagi kita begitu banyak pintu untuk masuk surga. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menafkahi dua istri di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: ‘Wahai hamba Allah, ini adalah baik.’ Lalu barangsiapa yang menjadi orang yang banyak mendirikan shalat, maka dia dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad, maka dia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi orang yang banyak melakukan puasa, maka dia dipanggil dari pintu ar-rayyan. Barangsiapa menjadi orang yang banyak mengeluarkan sedekah, maka dia dipanggil dari pintu sedekah.” (Bukhari no. 1798)
7. Hadirkan perasaan takut mati dalam keadaan su’ul khatimah
Rasa takut su’ul khatimah akan mendorong kita untuk taat dan senantiasa menjaga iman kita. Penyebab su’ul khatimah adalah lemahnya iman menenggelamkan diri kita ke dalam jurang kedurhakaan. Sehingga, ketika nyawa kita dicabut oleh malaikat Izrail, lidah kita tidak mampu mengucapkan kalimat laa ilaha illallah di hembusan nafas terakhir.
8. Banyak-banyaklah ingat mati
Rasulullah saw. bersabda, “Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah sekarang ziarahilah kubur karena hal itu bisa melunakan hati, membuat mata menangism mengingatkan hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor.” (Shahihul Jami’ no. 4584)
Rasulullah saw. juga bersabda, “Banyak-banyaklah mengingat penebas kelezatan-kelezatan, yakni kematian.” (Tirmidzi no. 230)
Mengingat-ingat mati bisa mendorong kita untuk menghindari diri dari berbuat durhaka kepada Allah; dan dapat melunakkan hati kita yang keras. Karena itu Rasulullah menganjurkan kepada kita, “Kunjungilah orang sakit dan iringilah jenazah, niscaya akan mengingatkanmu terhadap hari akhirat.” (Shahihul Jami’ no. 4109)
Melihat orang sakit yang sedang sakaratul maut sangat memberi bekas. Saat berziarah kubur, bayangkan kondisi keadaan orang yang sudah mati. Tubuhnya rusak membusuk. Ulat memakan daging, isi perut, lidah, dan wajah. Tulang-tulang hancur.
Bayangan seperti itu jika membekas di dalam hati, akan membuat kita menyegerakan taubat, membuat hati kita puas dengan apa yang kita miliki, dan tambah rajin beribadah.
9. Mengingat-ingat dahsyatnya keadaan di hari akhirat
Ada beberapa surat yang menceritakan kedahsyatan hari kiamat. Misalnya, surah Qaf, Al-Waqi’ah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, An-Naba, Al-Muththaffifin, dan At-Takwir. Begitu juga hadits-hadits Rasulullah saw.
Dengan membacanya, mata hati kita akan terbuka. Seakan-akan kita menyaksikan semua itu dan hadir di pemandangan yang dahsyat itu. Semua pengetahuan kita tentang kejadian hari kiamat, hari kebangkitan, berkumpul di mahsyar, tentang syafa’at Rasulullah saw., hisab, pahala, qishas, timbangan, jembatan, tempat tinggal yang kekal di surga atau neraka; semua itu menambah tebal iman kita.
10. Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam
Aisyah pernah berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang jika mereka melihat awan, maka mereka gembira karena berharap turun hujan. Namun aku melihat engkau jika engkau melihat awan, aku tahu ketidaksukaan di wajahmu.” Rasulullah saw. menjawab, “Wahai Aisyah, aku tidak merasa aman jika di situ ada adzab. Sebab ada suatu kaum yang pernah diadzab dikarenakan angin, dan ada suatu kaum yang melihat adzab seraya berkata, ‘Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami’.” (Muslim no. 899)
Begitulah Rasulullah saw. berinteraksi dengan fenomena alam. Bahkan, jika melihat gerhana, terlihat raut takut di wajah beliau. Kata Abu Musa, “Matahari pernah gerhana, lalu Rasulullah saw. berdiri dalam keadaan ketakutan. Beliau takut karena gerhana itu merupakan tanda kiamat.”
11. Berdzikirlah yang banyak
Melalaikan dzikirulah adalah kematian hati. Tubuh kita adalah kuburan sebelum kita terbujur di kubur. Ruh kita terpenjara. Tidak bisa kembali. Karena itu, orang yang ingin mengobati imannya yang lemah, harus memperbanyak dzikirullah. “Dan ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa.” (Al-Kahfi: 24) “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lha hati menjadi tentram.” (Ar-Ra’d: 28)
Ibnu Qayim berkata, “Di dalam hati terdapat kekerasan yang tidak bisa mencair kecuali dengan dzikrullah. Maka seseorang harus mengobati kekerasan hatinya dengan dzikrullah.”
12. Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya
Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat dengan Allah. Sabda Rasulullah saw., “Saat seseorang paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa.” (Muslim no. 428)
Seseorang selagi mau bermunajat kepada Allah dengan ucapan yang mencerminkan ketundukan dan kepasrahan, tentu imannya semakin kuat di hatinya. Semakin menampakan kehinaan dan kerendahan diri kepada Allah, semakin kuat iman kita. Semakin banyak berharap dan meminta kepada Allah, semakin kuat iman kita kepada Allah swt.
13. Tinggalkan angan-angan yang muluk-muluk
Ini penting untuk meningkatkan iman. Sebab, hakikat dunia hanya sesaat saja. Banyak berangan-angan hanyalah memenjara diri dan memupuk perasaan hubbud-dunya. Padahal, hidup di dunia hanyalah sesaat saja.
Allah swt. berfirman, “Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka adzab yang telah dijanjikan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.” (Asy-Syu’ara: 205-207)
“Seakan-akan mereka tidak pernah diam (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari.” (Yunus: 45)
14. Memikirkan kehinaan dunia
Hati seseorang tergantung pada isi kepalanya. Apa yang dipikirkannya, itulah orientasi hidupnya. Jika di benaknya dunia adalah segala-galanya, maka hidupnya akan diarahkan untuk memperolehnya. Cinta dunia sebangun dengan takut mati. Dan kata Allah swt., “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Ali Imran)
Karena itu pikirkanlah bawa dunia itu hina. Kata Rasulullah saw., “Sesungguhnya makanan anak keturunan Adam itu bisa dijadikan perumpamaan bagi dunia. Maka lihatlah apa yang keluar dari diri anak keturunan Adam, dan sesungguhnya rempah-rempah serta lemaknya sudah bisa diketahui akan menjadi apakah ia.” (Thabrani)
Dengan memikirkan bahwa dunia hanya seperti itu, pikiran kita akan mencari orientasi ke hal yang lebih tinggi: surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.
15. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah
“Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu dari ketakwaan hati.” (Al-Hajj: 32)
“Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabb-nya.” (Al-Hajj: 30)
Hurumatullah adalah hak-hak Allah yang ada di diri manusia, tempat, atau waktu tertentu. Yang termasuk hurumatullah, misalnya, lelaki pilihan Muhammad bin Abdullah, Rasulullah saw.; tempat-tempat suci (Masjid Haram, Masjid Nabawi, Al-Aqha), dan waktu-waktu tertentu seperti bulan-bulan haram.
Yang juga termasuk hurumatullah adalah tidak menyepelekan dosa-dosa kecil. Sebab, banyak manusia binasa karena mereka menganggap ringan dosa-dosa kecil. Kata Rasulullah saw., “Jauhilah dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu bisa berhimpun pada diri seseornag hingga ia bisa membinasakan dirinya.”
16. Menguatkan sikap al-wala’ wal-bara’
Al-wala’ adalah saling tolong menolong dan pemberian loyalitas kepada sesama muslim. Sedangkan wal-bara adalah berlepas diri dan rasa memusuhi kekafiran. Jika terbalik, kita benci kepada muslim dan amat bergantung pada musuh-musuh Allah, tentu keadaan ini petanda iman kita sangat lemah.
Memurnikan loyalitas hanya kepada Alah, Rasul, dan orang-orang beriman adalah hal yang bisa menghidupkan iman di dalam hati kita.
17. Bersikap tawadhu
Rasulullah saw. bersabda, “Merendahkan diri termasuk bagian dari iman.” (Ibnu Majah no. 4118)
Rasulullah juga berkata, “Barangsiapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal dia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hati kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia diberi kebebasan memilih di antara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya.” (Tirmidzi no. 2481)
Maka tak heran jika baju yang dikenakan Abdurrahman bin Auf –sahabat yang kaya—tidak beda dengan yang dikenakan para budak yang dimilikinya.
18. Perbanyak amalan hati
Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-Nya, berharap bertemu dengan-Nya, berbaik sangka dan ridha dengan semua takdir yang ditetapkan-Nya. Hati juga akan penuh dengan iman jika diisi dengan perasaan syukur dan taubat kepada-Nya. Amalan-amalan hati seperti itu akan menghadirkan rasa khusyuk, zuhud, wara’, dan mawas diri. Inilah halawatul iman (manisnya iman)
19. Sering menghisab diri
Allah berfirman, “Hai orang-ornag yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)
Umar bin Khattab r.a. berwasiat, “Hisablah dirimu sekalian sebelum kamu dihisab.” Selagi waktu kita masih longgar, hitung-hitunglah bekal kita untuk hari akhirat. Apakah sudah cukup untuk mendapat ampunan dan surga dari Allah swt.? Sungguh ini sarana yang efektif untuk memperbaharui iman yang ada di dalam diri kita.
20. Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman
Perbanyaklah doa. Sebab, doa adalah kekuatan yang luar biasa yang dimiliki seorang hamba. Rasulullah saw. berwasiat, “Iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu bagaikan pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu.”
Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita sebuah doa agar Allah Swt. menetapkan hati kita dalam ketaatan. “Ya Allah Yang membolak-balikan hati-hati manusia, balikanlah hati kami untuk taat kepada-Mu.” (Muslim no. 2654)
Hati kita akan kembali pada kondisi ketaatan kepada Allah swt. jika kita senantiasa memperbaharui keimanan kita. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu sekalian sebagaimana pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu.” (Al-Hakim di Al-Mustadrak, 1/4; Al-Silsilah Ash-Shahihain no. 1585; Thabrany di Al-Kabir)
Ya Allah, perbaharuilah iman yang ada di dalam dada kami. Tetapkanlah hati kami dalam taat kepadamu. Tidak ada daya dan upaya kami kecuali dengan pertolonganMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar