Senin, 08 Agustus 2011

Anak yang Hapal Quran patut dicontoh

Muhammad Gozi Basayev nama lengkapnya. Lahir 24 Juni 2000, Gozi -biasa dia dipanggil- adalah putra pertama pasangan M.Natsir dan Erika yang bertempat tinggal di Makassar Sulawesi Selatan. Sejak usia 6 tahun, Gozi telah memulai untuk menghafal Al-Qur’an dan dalam waktu 2 tahun dia berhasil menghafal seluruh Al-Qur’an diluar kepala.
Inspirasi dari Shamil Basayev

Ketika Gozi lahir saat itu sedang terjadi perang antara mujahidin Chechnya melawan pasukan Rusia. Salah seorang komandan perang Chechnya yang terkenal ketika itu adalah Shamil Basayev. Dia adalah seorang Mujahid yang gagah berani dan juga seorang yang hafidz Al-Qur’an. Ayah Gozi sangat terinspirasi dengan profile beliau sehingga memberikan nama anaknya Muhammad Gozi Basayev yang berarti Muhammad – diambil dari Nabi Muhammad, Gozi yang berarti perang dan Basayev yang merupakan nama belakang Shamil Basayev.

Lahir dari Keluarga biasa dan hampir dimasukkan ke sekolah Nasrani

Pada umumnya, seorang penghafal Al-Qur’an lahir dari keluarga yang sangat dalam ilmu keislamannya. Gozi kecil lahir bukan berasal dari keluarga Ustadz ataupun kyai tetapi datang dari seorang ayah yang hanya seorang karyawan kecil di sebuah perusahaan musik dan Ibu rumah tangga. Kemampuan membaca Al-Qur’an kedua orangtuanya pun biasa-biasa saja. Tetapi walaupun demikian kedua orang tuanya memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap anaknya yaitu menjadi penghafal Al-Qur’an.

Berdasarkan referensi yang penulis dapatkan langsung dari ayahnya, Gozi kecil pada awalnya akan dimasukkan ke sekolah Nasrani dengan alasan gengsi dan kualitas sekolah yang lebih baik, tetapi Allah SWT ternyata merencakan lain dan mentakdirkan Gozi untuk masuk kedalam sekolah SDIT Al-Biruni di Makassar.

Motivasi mengangkat derajat orang tua dan kesabaran menghadapi ujian

Motivasi utama Gozi untuk bisa menjadi seorang yang hafal Al-Qur’an adalah untuk mengangkat derajat orangtuanya di mata Allah SWT karena dia takut orangtuanya tidak bisa masuk syurga kelak. Dia pernah mengatakan kepada ayahnya bahwa dia ingin hafal Al-Qur’an sebelum 1430 H atau 2008 ini karena takut kedua orangtuanya meninggal terlebih dahulu.

Karena motivasi yang sangat besar dari Gozi dan sejak awal ayah dan Ibu Gozi menginginkan anaknya untuk menjadi penghafal Al-Qur’an maka selain bersekolah di SDIT dia pun dimasukkan juga ke sekolah para penghafal Al-Qur’an pimpinan Ust. Syam Amir. Gozi kecil sempat ditolak dengan alasan usia yang masih sangat muda yaitu 6 tahun dimana rata-rata murid yang lain berumur 10 tahun. Tetapi karena melihat semangat yang sangat besar dari Gozi maka dia diperbolehkan masuk dari sehabis sholat Maghrib sampai Isya. Sebelum masuk ke dalam tahap menghafal Al-Qur’an, Gozi harus melalui tahap perbaikan bacaan (tahsin) terlebih dahulu Ketika pertama kali bergabung dengan sekolah ini Gozi sempat kaget karena rata-rata teman-temannya disekolah tersebut telah hafal lebih dari 1 Juz sedangkan dirinya pada saat itu baru hafal Juz 30. Selain itu Gozi juga di “vonis” mempunyai masalah pernafasan yaitu nafasnya pendek sehingga beberapa kali gagal dalam tes menjadi penghafal Al-Qur’an. Tetapi saat itu Gozi dengan sabar terus berusaha dan melatih kemampuannya di rumah bersama kedua orangtuanya. Akhirnya setelah itu, Gozi pun dapat diterima sebagai penghafal Al-Qur’an dan bertambah semangat. Untuk mengatasi masalah pernafasannya Orang tua Gozi melatihnya dengan rutin mengajak dia berenang.

Mendengar, Berlatih dan Bimbingan Intensif

Salah satu metode yang dipakai oleh Gozi dan kedua oangtuanya adalah dengan memperdengarkan bacaan Al-Qur’an melalui kaset-kaset Murattal dan dengan intensif berlatih di rumah dengan mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an. Selain itu Gozi juga dilatih secara intensif oleh guru-guru yang sangat kompeten seperti Ust. Nashruddin, Nasruddin, Zaenal, Rahmat, Akbar, Khadiq dan Dzulfikar yang merupakan asisten dari Ust. Syam Amir (beliau pernah menjuarai lomba hafalan Al-Qur’an internasional di Mesir)

Menjaga Makanan dan Perilaku

Berdasarkan pengakuan dari sang ayah, selain rajin berlatih salah satu kunci kesuksesan untuk mudah menghafal Al-Qur’an adalah dengan menjaga agar jangan sampai ada makanan tidak halal yang dikonsumsi oleh Gozi. Oleh karena itu Ibunya memesankan catering dari sekolahnya untuk memastikan sumbernya. Selain itu kedua orangtuanya juga berusaha sekuat tenaga untuk memberikan teladan yang baik kepada Gozi dalam hal perilaku.

Khatam Menghafal pada saat ulang tahun sang ayah

Gozi berhasil menyelesaikan hafalan Al-Qur’an nya tepat pada tanggal 30 Juli 2008 atau tepat pada ulang tahun ayahnya. Dia memang berniat menyenangkan ayahnya sehingga dia pun rela untuk menambah hafalannya hingga 1 Juz per hari. Sampai saat ini Gozi masih secara rutin mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an nya untuk menjaga agar tidak hilang dan semakin lancar.

Sayang Adik, berprestasi di sekolah dan mahir bermain piano

Selain hafal Al-Qur’an Gozi juga terkenal berprestasi dalam bidang akademis dengan menjadi juara pertama di sekolahnya. Tidak hanya itu, Gozi juga mahir dalam bermain piano klasik karena sejak kecil sudah berinteraksi dengan musik. Tetapi walaupun Gozi memiliki beberapa keistimewaan dia tetap seperti seorang anak kecil yang masih senang bermain bola, menonton film kartun dan juga bermain MP5. Dia juga sangat sayang terhadap adiknya Muhammad Haitsam Sidqi.

Motivasi untuk keluarga Muslim

Tujuan penulis mengangkat kisah tentang Gozi adalah sebagai sebuah hikmah dan motivas buat seluruh keluarga Muslim di Indoensia bahwa kita harus bertekad untuk mengenalkan Al-Qur’an sejak dini kepada seluruh anggota keluarga dan berusaha untuk mencetak anak-anak yang hafal dengan Al-Qur’an. Kisah Gozi diatas membuktikan bahwa untuk memiliki seorang anak yang mampu hafidz (nama untuk orang yang hafal Al-Qur’an) tidak harus menjadi kyai atau ustadz terlebih dahulu tetapi cukup dengan mempunyai mimpi, niat dan bersungguh-sungguh merealisasikannya. Penulis yakin bahwa ketika kita memiliki anak yang akrab dan bahkan hafal Al-Qur’an maka akan banyak keberkahan dan kemudahan yang diperoleh oleh kedua orang tuanya baik di dunia maupun akhirat

(ditulis oleh Muhammad Ramadhani). Sumber : www.falahku.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar