Selasa, 09 Agustus 2011

Cacat fisik Hapal Quran

“Nama saya Maulud, tapi di negara saya dipanggil Milud, hanya saja artinya sama,” jawabnya ketika memperkenalkan diri. Umurnya 28 tahun, dari Aljazair. Lelaki ini sembari memutar kursi rodanya menuju Masjid Azhar menceritakan kalau dia baru datang kemarin malam. Ia menempuh perjalanan dari Aljazair-Kairo selama 4 hari melalui jalur darat (Bus). Sambil ngobrol santai, saya tidak tidak bisa membayangkan orang yang tidak mempunyai dua kaki, duduk di atas kursi roda, naik turun mobil (Aljazair-Libia-Mesir) selama berhari-hari bisa sampai juga ke Kairo. Ia datang ke Kairo untuk melanjutkan studi di Ma’had Qiroat, karena ia telah hafal Alqur’an.
Mejelang Asyar ia masuk ke dalam masjid dan memilih barisan paling depan dekat imam. Dalam sholat sunnahnya saya peharikan gerak-geriknya. Rukunya tidak jauh beda dengan orang yang normal, posisi 90o dan ketika sujud posisi kepalanya mencium tempat sujud. Wajahnya menggambarkan kesemangatan. Tidak ada raut keluh kesah di wajahnya.
Usai sholat asyar ada liqo (pertemuan) dengan para syeikh seputar cara membaca alquran yang baik dan benar. Dengan penuh semangat ia duduk di barisan paling depan. Satu-persatu para peserta membaca alquran dengan berbagai macam cara bacaan –qiroat ‘asyroh (bacaan sepuluh) dengan lancar, yang jelas tanpa melihat alqur’an karena sudah pada hafal. Saya melihat ada dua orang buta yang yang sudah cukup tua dengan semangatnya membaca alquran dengan qiroah warsy (salah satu cara baca alquran dari bacaan yang sepuluh). Suaranya fasih, lantang dan merdu. Saya yang ikut hadir dalam acara itu merasa paling kerdil dan bodoh. Betapa tidak, bacaan yang baru bisa saya pelajari selama ini baru menggunakan satu bacaan, qiro’ah hafs (bacaan hafs) yang biasa dibaca di masjid-masjid, itupun masih banyak kesalahan di sana-sini.
Dalam hatiku berbicara “Ini kumpulan orang-orang hebat”. Walaupun mereka mempunyai cacat fisik tapi tidak menjadi penghalang untuk tetap berprestasi dan memberikan kebaikan bagi orang lain. Seperti halnya Maulud yang sudah hafal qur’an juga dengan semangatnya pergi ke Kairo berjuang untuk menuntut ilmu. Saya teringat dengan beberapa Dosen atau para Doktor yang mengajar di kuliah, walaupun buta ia bisa mengajar dengan baik. Bahkan buku mata pelajaran yang ia ajarkan hafal di luar kepala.
Mereka dengan segala keterbatasan fisiknya mampu berprestasi dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Sedangkan saya, yang katanya sehat jasmani tanpa cacat fisik sudah berprestasi apa dan sudah memberikan manfaat apa? Malu. Setidaknya harus tetap bersyukur karena masih diberikan kesehatan. Mudah-mudahan lebih bisa mensyukuri segala nikmat yang ada untuk bisa berbuat lebih baik dari hari sebelumya. “Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” QS. Arrahman: 13.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar